Mungkin ada benarnya pendapat yang menyatakan; kuantitas menulis tidak memengaruhi kualitas dari tulisan tersebut. Karena semakin banyak menulis, maka kemampuan kamu dalam menuangkan ide akan semakin terasah dan kualitas tulisan bisa berkembang seiring kuantitas tulisan yang kamu buat.
Bagi yang sangat aktif dalam menulis atau memang sudah memiliki BAKAT dalam menulis. Tentu tidak perlu merasa khawatir kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan sebuah karya. Saking aktifnya, kamu mungkin merasa perlu membuat nama samaran agar produktivitas dalam menulis tidak mubazir.
Mungkin juga kamu punya alasan lain, memiliki nama samaran. Yaitu agar orang tidak bosen terus-terusan membaca hasil tulisan kamu. Bayangkan, kalau kamu pakai satu nama, setiap hari menayangkan satu artikel atau lebih. Apa nggak mabok setiap hari harus membaca artikel yang kamu buat. Pertanyaannya, "Emangnya kamu kurang kerjaan apa?" Hadeeew!
Tapi luar binasanya. Eh, luar biasanya lagi. Meski menggunakan nama samaran seperti; Bejo, Paijo, Mumun, Mince dan sebagainya. Hasil tulisan kamu tetap bagus dan menarik minat banyak orang untuk membacanya. Sehingga nama samaran pun tidak kalah terkenalnya dengan nama asli kamu. Hebat!
Bersyukurlah bagi orang-orang yang diberikan bakat menulis ini. Karena kamu bisa menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Membagi pengetahuan dan wawasan. Bahkan memberikan hiburan bagi para peminat baca. Dalam bentuk Artikel, karya fiksi atau apa pun istilahnya. Salut, deh! Silakan tepuk tangan...
Prok, prok, prok...!
Lalu, bagaimana dengan seseorang yang mempunyai minat, tapi tidak memiliki bakat dalam bidang menulis! Sebut saja penulis pemula yang tertarik pada satu bidang tulisan. Cerita horor, misalnya. Tapi begitu duduk di depan laptop, yang ada malah bengong. Karena tidak tahu bagaimana cara memulai sebuah tulisan.
Padahal sudah bela-belain tidur di pekuburan atau nongkrong di tempat-tempat yang angker. Agar bisa mendapatkan ide. Tapi, bukan cerita horor yang dihasilkan. Yang terjadi malah kamu yang mendatangkan inspirasi untuk orang lain. Lho, kok bisa? Iyalah, karena keseringan nongkrong di tempat angker, kamu jadi sering kesurupan. Cilaka! Malah kamu yang jadi Horornya! Hiii....
Masih soal minat yang dimiliki oleh seorang penulis pemula. Karena merasa tidak berbakat menulis cerita Horor. Mungkin kamu harus merubah tema. Bisa puisi atau Cerita Cinta. Toh, stay tone-nya masih di kanal fiksi juga.
Lalu kamu mulai sering-sering main ke pantai (kalau di dekat tempat tinggal saya. Pantai Kuta, misalnya) Karena menurut sebagian besar penulis. Saat hari memasuki senja dan matahari mulai tenggelam di garis cakrawala. Adalah inspirasi yang nggak ada matinya, untuk dibuat puisi dan cerita cinta.
"Tapi, kalau di tempat saya nggak ada pantainya, pegimana dong?" tanya kamu sebagai seorang penulis pemula, yang punya minat. Tapi nggak punya bakat.