Angin berhembus diantara dahan pohon jambu yang tumbuh lebat di pekarangan. Menjatuhkan sehelai daunnya yang kering kecoklatan. Melayang-layang sebentar. Lalu luruh ke tanah.
Sementara seekor ayam jago yang berada di bawah pohon jambu tersebut, tampak asik mematuk jambu air yang banyak berserakan. Beberapa kali ayam tersebut terlihat kebingungan, saat jambu yang dipatuknya nancep di paruhnya.
Pak Erte yang ngga jauh dari tempat itu terlihat gusar. Beberapa kali belio berjalan bolak-balik dari kandang ayam ke pohon jambu. Dari pohon jambu balik lagi ke kandang ayam. Persis kertas poto kopian. Bolak-balik!
Padahal kalau mau diukur-ukur, jarak dari kandang ayam ke pohon jambu cuma tiga langkah lebih dikit. Itu pun karena Pak Erte yang ngukur. Coba kalau Mpok Saidah, istrinya yang ngukur. Hmm...Kaga bakalan ada lebihnya, dah. Pas! Saking meditnya. Hihihi....
Entah apa gerangan yang bikin Pak Erte sangat gusar. Sampai-sampai nggak perduli sama ayam jagonya, yang jalannya sudah mulai doyong. Akibat jambu air yang masih nancep di paruhnya.
Pak Erte baru saja bolak di depan pohon jambu, dan nggak balik lagi ke kandang ayam. Ketika tiba-tiba istrinya nongol dari arah kontrakkan.
"Bang buruan!Orang-orang udah pada nungguin, noh!" Kata istrinya yang tampak antusias.
Melihat kemunculan istrinya yang tiba-tiba. Pak Erte langsung diam di tempat. Sehingga sebutannya nggak lagi bolak-balik. Tapi, bolak dan nggak balik-balik. Bingungkan? Sama! Hihihi...
"Waduuuh...! Pegimana urusannya ini?" Tanya pak Erte pada istrinya.
"Udah terima aje. Ayo...!" Jawab istrinya penuh semangat.
"Tapi..." Pak Erte tampak ragu.