Pagi ini saat bergegas menuju kantor di daerah Jakarta Pusat, saya bertemu di dalam lift dengan dua calon sekretaris yang sedang belajar di sebuah kampus terkenal. Salah satu mahasiswi sedang membawa bundelan besar fotocopi untuk salah satu mata kuliah. Sambil bercanda ia berkata ke temannya, “Semua ini gua lakukan supaya dapat suami CEO”. Seketika itu muncul pertanyaan, apakah jodoh itu ada di tangan Tuhan atau di tangan kita? Apakah dibilang bahwa dia jodoh kita ketika menikah dengannya atau hidup sampai tua bersamanya? Atau kah jodohitu sudah ditentukan sesaat kita diciptakan seperti Adam dan Hawa? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, menurut kamu jodoh itu apa?
Saat putus dengan pacar dan di tengah-tengah rasa kekecewaan, kamu berdoa semoga dia yang menolaknya adalah jodohmu sambil membayangkan kamu baikan dan melanjutkan hubunganmu sampai ke jenjang pernikahan. Atau saat kamu sedang pacaran dan dipenuhi dengan perasaan berbunga-bunga serta hasrat cinta, kamu yakin bahwa pasanganmu ini adalahjodohmu. Atau saat kamu sedang dirundung kesedihan, orang-orang menghiburmu dengan berkata, “Jangan sedih, hidup, mati dan jodoh di tangan Tuhan!”. Dengan demikian, jodoh itu adalah seseorang yang sudah ditentukan dalam hidup kamu bukan? Akan tetapi sayangnya Tuhan itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Dia seorang yang pendiam bahkan saat kamu diam dan ingin mendengarkan suaranya, Dia tetap menjadi pendiam yang baik. Saking pendiamnya kamu hanya bisa menerka-nerka tentang jodohmu.
To say that one waits a lifetime for his soulmate to come around is a paradox. People eventually get sick of waiting, take a chance on someone, and by the art of commitment become soulmates, which takes a lifetime to perfect.”
― Criss Jami, Venus in Arms
Setiap dari kita punya mimpi ingin memiliki pasangan dengan kriteria seperti apa. Seperti seorang calon sekretaris diatas, meski terkesan becanda ada kemungkinan dia dan beberapa komunitas di kampusnya punya keinginan bisa mendapat suami bos atau orang ‘berduit’. Selain itu ada juga yang punya kriteria ingin punya pasangan yang super cantik atau super tampan. Beberapa dari kita ada yang punya mimpi muluk-muluk, ada juga yang punya mimpi sederhana bahkan tidak sedikit yang pasrah dan tidak punya rencana apa-apa untuk pasangan hidupnya nanti.
Saya punya seorang teman yang mati-matian ingin punya pacar bule, sampai-sampai dia menulis iklan di www.indonesiacupid.com, “No local, Bule only!”. Dia juga bahkan aktif datang ke bar-bar dan dugem bersama bule-bule, bahkan dia tidak segan untuk tidur dengan bule ataudigrepe-grepe bule saat di bar. Sebagian besar temannya di sosial media adalah bule, setiap update status juga menggunakan bahasa inggris dan mengekspresikan kisah betapa bahagianya dia bertemu dengan Mr.X. Kalau bicara dengan saya, seakan-akan bule itu turun dari langit dan begitu sempurna. Tidak heran jika ia mulai membanding-bandingkan antara orang indonesia dan bule. Pernah suatu ketika dia bercerita bagaimana bodohnya prajurit TNI kita di Irak karena teman bule (prajurit US) yang dikenal via facebook bercerita bagaimana pasukan TNI tidak bisa berbahasa Inggris. Hellooo, sejak kapan kita ikutan perang dengan Irak?
Alhasil hanya kekecewaan-kekecewaan yang dia temui. Entah gonta-ganti pacar, kena tipu dan uang habis agar ia bisa diterima dan bisa bersama bule. Kriteria-kriteria itu memenjarakan kita untuk menemukan pasangan hidup. Kadang kriteria itu dibuat bukan untuk hidup kita sendiri tetapi untuk orang lain agar kita dipandang lebih tinggi. Contoh kita akan punya kebanggaan dihadapan teman-teman kalau kita bisa punya pacar bule, suami orang kaya, istri cantik, dan lain-lain. Kriteria yang kita ciptakan itu seakan membuat status sosial kita bisa lebih tinggi. Apa bedanya kalau begitu pasangan hidup kita dengan sebuah mobil atau sebuah rumah dan benda-benda material lainnya? Jika kamu seperti itu, berarti kamu kehilangan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kamu memang mendapat status sosial yang istimewa di lingkungan tempat tinggal, akan tetapi yang kamu temukan hanya kebahagiaan yang dilihat orang lain bukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Menemukan orang yang tepat dalam hidup itu memang tidak mudah makanya karena tidak mudah jodoh itu selalu dikaitkan dengan Tuhan. Sesuatu yang tidak mudah itu perlu dukungan Tuhan agar menjadi sesuatu yang mungkin. Dengan meletakkan Tuhan berarti membuat hal-hal yang sepertinya tidak mungkin menjadi mungkin. Akan tetapi perlu kamu ingat bahwa kamu sendiri yang hidup di dunia ini dan jodohmu itu ada di tangan kamu sendiri. Kamu bisa menemukan kebahagiaan bersama pasanganmu menjadi sesuatu yang mungkin dengan menghilangkan tuntutan gengsi atau status sosial. Ingat, pasangan hidupmu memang makhluk hidup yang punya penampakan fisik tetapi dia tidak sama dengan mobil atau smartphone terbaru yang kamu beli agar orang-orang bisa bilang wow. Pasangan hidupmu itu adalah dirimu yang lain dan dirimu menjadi sempurna karena dia ada. Untuk itu pilihlah dia dengan sungguh-sungguh bukan sekedar gengsi semata.
Mas Gandeng
Berita Terkait
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H