Lihat ke Halaman Asli

Pindah Agama karena Menikah

Diperbarui: 12 September 2016   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.theknot.com

God has no religion.
― Mahatma Gandhi

Suatu ketika kamu bertemu dengan orang yang kamu suka, kemudian rasa suka itu muncul dan tumbuh menjadi cinta. Begitu cintanya kamu pada dia, sampai kamu tidak melihat apa pun identitas sosial dalam dirinya. Yang ada adalah kamu melihat dia sebagai pribadi yang bebas. Itulah cinta. Cinta adalah sebuah pemurnian yang mengubah kamu dan dia menjadi pribadi yang unik. 

Cinta mendasarkan dirinya pada kebebasan. Akan tetapi kamu dan dia bukan Tarzan and Jane, bukan? Kamu berdua hidup dalam sebuah komunitas masyarakat dan di dalam komunitas tersebut ada banyak identitas sosial yang melekat dalam diri kamu. Di kantor saya seorang manager, di rumah saya seorang suami, di kampus saya seorang lulusan S2, di mesjid saya seorang imam, di lingkungan rumah saya seorang ketua RT.

 Identitas-identitas sosial yang melekat dalam diri kita itu didapatkan entah dari orang tua, diberikan kepada kita atau kita dapatkan sendiri sehingga diakui oleh masyarakat sekitar. Agama adalah salah satu identitas sosial. Seringkali sebuah hubungan selalu berbenturan dengan identitas sosial. Ketika kamu memutuskan ingin melanjutkan hubunganmu ke jenjang yang lebih serius yaitu masuk kepernikahan, seketika identitas-identitas sosial itu mulai mengganggu hubungan cintamu yang begitu murni yaitu menghargai kebebasannya.

Prayer is not asking. It is a longing of the soul. It is daily admission of one’s weakness. It is better in prayer to have a heart without words than words without a heart.
― Mahatma Gandhi

Agamamu mulai bicara bahwa menikah beda agama itu haram, orang tuamu mulai bicara bahwa sebuah keluarga hendaknya satu nahkoda dimulai dari agama, tetanggamu mulai bisik-bisik bahwa pasanganmu orang kafir, teman-temanmu mulai memberi saran lebih baik ajak pacarmu jadi satu agama denganmu. 

Begitu banyaknya pendapat orang di sekitarmu yang bilang tentang apa itu benar dan apa itu salah sampai kamu seperti menjadi anak kecil yang dibilang jangan begini dan jangan begitu. Di satu sisi kamu juga galau dan berada di antara dua pilihan antara pindah agama atau putus dengan calonmu. Seakan-akan pilihan itu cuma hitam atau putih.

Knock, And He’ll open the door
Vanish, And He’ll make you shine like the sun
Fall, And He’ll raise you to the heavens
Become nothing, And He’ll turn you into everything. 
― Rumi

Ketika kamu mengalami hal ini, kamu jangan buat keputusan gegabah dalam hidupmu. Pernikahan itu bukan tawar menawar tetapi menjalani sisa kehidupan bersama dengan orang yang kamu cintai dan membangun keluargamu sendiri. Satu hal yang harus kamu sadari ketika membuat sebuah keputusan adalah apakah keputusan yang kamu buat sungguh-sungguh keputusan yang datang dari hatimu karena agama pasanganmu adalah panggilan hidupmu. 

Atau apakah keputusan yang kamu buat sebenarnya karena kamu terpaksa. Kamu terpaksa karena pacarmu bilang kalau dia tidak bisa menikah dengan kamu jika kamu masih memeluk agamamu atau karena dia bilang dalam agamanya dilarang untuk menikah beda agama. Atau kamu terpaksa karena keluarganya menuntut kamu pindah agama. Satu hal yang perlu kamu sadari adalah apakah kamu benar-benar rela bahwa agamanya adalah panggilan hidupmu atau hanya karena kamu terpaksa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline