Lihat ke Halaman Asli

Pertarungan Pendukung Anies Ahok

Diperbarui: 14 Maret 2017   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.merdeka.com/

Framming negative tentang Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terus dibangun oleh orang-orang yang anti dengan mereka atau para pendukung kompetitor mereka di Pilkada DKI Jakarta saat ini. Ada berbagai fitnah yang ditujukan kepada mereka. Misalnya, Anies Baswedan dianggap berideologi syi’ah, dan ketika mendapat dukungan dari ulama dan habaib dianggap berideologi wahabi. Di kesempatan lain, Anies juga dianggap tokoh liberal yang akan merusak sendi-sendi Islam, bahkan dianggap antek Amerika Serikat. Sementara Sandiaga Uno dianggap bagian dari kelompok kapitalis rakus karena dia berlatarbelakang pengusaha

Dari berbagai framing negatif atau fitnah kepada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tersebut, terlihat bahwa sebutan apa pun yang dapat merusak citra Anies-Sandi tetap digunakan meskipun sebutan-sebutan itu terdengan konyol dan saling bertentangan. Meski demikian, karena memang bertujuan memfitnah dan menjelek-jelekkan orang lain, berbagai hal diangkat untuk merusak citra, kredibilitas, dan integritas sosok Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Salah satu framming negatif atau fitnah yang sekarang tengah dituduhkan kepada Anies-Sandi adalah upaya mereka untuk membawa iklim atau suasan Orde Baru di Jakarta. Anggapan ini pada dasarnya tidak kalah konyol karena beberapa waktu lalu, mereka juga dituduh akan menerapkan syari’at Islam jika memenangkan perebutan kekuasaan di Jakarta. Tuduhan bahwa Anies-Sandi akan melahirkan kembali nuansa atau kejayaan Orde Baru karena mereka kebetulan mendapatkan dukungan dari beberapa keluarga mendiang Soeharto, seperti Siti Hediayati Hariyadi atau Titiek Soeharto.

Berbagai logika sesat para Anti Anies-Sandi atau pendukung pasangan calon lawan menunjukkan kebodohan yang nyata. Dan berbagai tuduhan-tuduhan picisan semacam itu didasari dari orang-orang yang berpikiran picik. Mereka tidak memiliki strategi dan rencana ampuh untuk memenangkan kompetisi Pilgub DKI, sehingga cara-cara kasar dan bodoh pada akhirnya menjadi pilihan satu-satunya mereka.

Dalam demokrasi dengan sistem one man one vote, maka hak bagi setiap orang yang terlibat dalam kompetisi demokratis untuk mencari dukungan suara sebanyak-banyaknya. Karena itu, dukungan dari keluarga Cendana terhadap pasangan calon Anies-Sandi adalah hak bagi Anies-Sandi untuk menerimanya. Dan tidak boleh dilupakan bahwa partai pendukung Ahok-Djarot pun berasal dari partainya Orde Baru, partai bentukan Soeharto, yakni Golongan Karya (GOLKAR). Karena itu, tuduhan bahwa Anies-Sandi akan membawa kembali kekuasaan Orde Baru sangat tidak berdasar. 

(Sumber)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline