Kita bersyukur Goenawan Muhammad yang akrab dipanggil GM akhirnya turut mengklarifikasi dana Frankurt International Book Fair ketika Anies Baswedan masih menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pasalnya, meski terkesan mencari-cari kesalahan untuk menjegal Anies Baswedan di putara kedua pilgub DKI, Andar Mangatas Sitomorang melaporkan Anies ke KPK atas tuduhan korupsi dana pameran tersebut.
Klarifikasi GM sangat tepat dan dapat menjelaskan persoalan secara gamblang. Ada dua alasan kenapa klarifikasi GM sangat pas untuk meredam isu yang tidak perlu ini. Pertama, GM saat itu menjabat sebagai Ketua Komite Nasional acara besar selama 2014-2015 tersebut. Artinya, ia mengetahui betul penggunaan dan pengelolaan dana untuk kegiatan tersebut. Karena itu, wajar jika GM menyatakan bahwa jika ada yang perlu dilaporkan ke KPK, maka dia lah (GM) yang lebih tepat dilaporkan, bukan Anies Baswedan.
Alasan kedua, GM secara jujur dan terang-terangan mengakui bukan sebagai pendukung Anies Baswedan pada pilgub DKI Jakarta. Dengan demikian, pengakuan ini menghindarkan prasangka bahwa GM kemungkinan punya konflik kepentingan dengan Anies Baswedan. Klarifikasi GM terhadap persoalan dana Frankfurt International Book Fair tersebut karena ia merasa bahwa laporan ke KPK yang semena-mena menuduh Anies adalah ketidakadilan bagi Anies.
Dari keterangan GM pula kita bisa mendapat kejelasan mengenai asal muasal kesedian Indonesia sebagai tamu kehormatan pada acara tersebut. Ternyata, yang keputusan mengenai kesediaan Indonesia untuk menjadi tamu kehormatan ditandatangi pada masa Muhammad Nuh, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, dari klarifikasi GM juga kita mengetahui bahwa yang menentukan besaran anggaran untuk kegiatan tersebut disepakati pada masa Menteri Muhammad Nuh.
Menurut GM banyak yang mempersoalan dana FIBF tersebut tampa mengetahui asal-usul dan proses kegiatan tersebut. Mereka hanya memanfaatkan isu FIBF tersebut untuk menjegal Anies Baswedan, dan bukan semata-mata persoalan penegakan hukum.
Untuk lebih jelas, ini kronologi pelaksanaan kegiatan FIBF tersebut; Pertama, pameran ini bukan hanya pameran buku, dan delegasi Indonesia yang ikut ke Jerman hanya memamerkan buku, melainkan kegiatan yang mereka lakukan adalah pameran peradaban Indonesia. Karena itu, banyak kegiatan-kegiatan seni, budaya, dan kuliner Indonesia yang ditampilkan dalam pameran tersebut.
Kedua,Proses acara tersebut berlangsung mulai dari bulan Maret 2015 hingga Oktober 2015. Proses ini belum menghitung durasi waktu yang dihabiskan dalam proses penerjemahan buku-buku yang dipamerkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Jerman. Rangkaian acara yang dilakukan oleh delegasi Indonesia sangat panjang;
(1) pada 12-15 Maret 2015 delegasi Indonesia mengambil bagian dalam pameran buku di Leipzig Book Fair di Leipzig, kawasan Jerman bagian timur;
(2) Pada bulan Juni, Anies Baswedan harus menggelar jumpa pers yang merupakan keharusan bagi negara yang menjadi tamu kehormatan (guest of honor) dan sebagai komitmen kepada masyarakat dunia;
(3) Pada bulan Agustus terdapat festival tepi sungai di tepi sungai Main, Frankfurt. Sungai Main adalah sungati terbesar di Eropa di mana terdapat banyak museum. Ada lebih dari 3 juta orang yang hadir pada festival tersebut dan Indonesia mendapatkan ruang seluas 800 M2 dan pada saat yang sama ada pameran arsitektur Indonesia di museum arsitektur Jerman.
(4) Pada September 2015 Komunitas masyarakat Indonesia di Hamburg mengundang Frankfurt Book Fair Community untuk mengadakan acara di pasar Hamburg selama tiga hari.