Ketertarikan saya pada buku ini pertama adalah dari judul Disruption-nya. Nampak erat sekali dengan perubahan dunia yang serba cepat, agile, inovatif, dan sebagainya. Kedua, logo Rumah Perubahan, di atas kiri cover depan buku itu.
Terbayang bahwa karya ini lahir dari markas atau rumah perubahan, dari orang-orang yang selalu siap dengan perubahan. Benar, membaca buku ini dipastikan dapat merubah mindset kita. Buku ini telah dicetak 11 kali sejak 2017. Woow... Apa saja yang dihidangkan Prof Rhenald Kasali sang penulis buku ini?
Identitas buku:
- Judul: Disruption
- Pengarang: Rhenald Kasali
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Tahun: 2017, cetakan ke 11 (2019)
- Jumlah halaman: 512 dan xxiv
- Ukuran: B5 (17,6 x 25 cm)
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI,sang penulis buku ini, menuangkan Disruption ke dalam 5 (lima) bagian, dan 16 bab. Masing-masing bagian terdiri 3 (tiga) bab kecuali bagian 2 (dua) yang ada empat bab.
Bagian 1 membicarakan Suatu Seting Baru. Disini pembaca dapat memahami bahwa disrupsi adalah perubahan atau inovasi baru yang menyasar ruang kosong yang tidak dipikirkan incumbent. Incumbent disini bukan hanya pejabat struktural yang lama, yang sedang berkuasa, namun seperti itulah analoginya. Usaha yang mapan, merek yang sudah terkenal, profesi yang sudah nyaman, itu juga incumbent. Incumbent adalah "penguasa" pada urusan atau suatu bisnis tertentu.
Disrupsi umumnya menyasar konsumen tingkat bawah dengan harga sangat murah. Karenanya, pada mula-mula pendatang baru ini, oleh incumbent, dianggap sebagai abal-abal, tidak berkualitas, tidak mengikuti aturan dan sebutan atau label lainnya. Sementara incumbent berusaha selalu meningkatkan performa, pelayanan, demi memberikan servis kepada pelanggan setia agar tidak pindah ke lain hati. Dengan cara incumbent ini akhirnya ada yang ketinggalan difikirkan, yakni masyarakat kelas bawah luput diperhatikan. Taksi online Gojek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan sejenisnya adalah disrupsi yang menyasar konsumen kelas bawah yang kemudian mampu menggoyah incumbent yang selama ini telah mapan.
Pada bagian 2 dibungkus dengan judul Dari Aplikasi Mencari Teori. Teori disrupsi diusung oleh Clayton Christensen pada thaun 1997. Beberapa catatan penting pada bab ini diantaranya From Zero to One. Kita tidak harus meniru semua yang telah dibangun pencipta dunia baru. Mereka telah mendisrupsi dari tidak ada menjadi ada, dari nol menjadi satu. Kita sudah pada titik 1 sekarang, maka bisa melakukan strategi from one to n. Kasali mengingatkan kata-kata Albert Einstein "If you always do what you always did, you will always get what you always got". Jika anda selalu mengerjakan yang biasa anda kerjakan, anda akan mendapat apa yang biasa anda peroleh. Artinya yang akan didapat ya itu-itu saja. Jangan harap anda mendapatkan hal-hal yang luar biasa jika yang anda lakukan yang biasa-biasa saja. Pertanyaannya kemudian adalah: kebaruan apa yang yang telah kita lakukan? Di tahun 2021 ini?
Penulis mengilustrasikan bahwa bumi menyelamatkan isinya melalui inovasi. Inovasi telah terjadi bahkan ribuan kali, menghancurkan alat-alat lama, perilaku lama, kekuasaan lama, bahkan lapangan kerja lama. Beberapa disrupsi yang menggerus dari yang lama misalnya:
- Kereta kuda terdisrupsi oleh mobil Ford dengan mesin uap
- Perawat kuda digantikan montir mobil
- Ladang rumput hilang digantikan pompa bensin berikut tambang minyaknya
- Bengkel pedati hilang munculbengkel mobil, ada pabrik ban
- Toko onderdil pedati tergantikan toko onderdil mobil, muncul jasa parkir
- Pabrik es batu kehilangan pasar ketika ada kulkas
- Kamera film terdisrupsi oleh kamera digital
- Telepon rumah sekarang hampir tidak terpakai digantikan ponsel
- Sekolah tradisional dipaksa bergeser ke sekolah online
- Uang tunai semakin tergantikan dengan uang elektonik
Penulis mengutip dari Clayton M Christensen bahwa Distuption technology should be framed as marketing challenges, not a technological one. Disrupsi teknologi perlu dimaknai sebagai tantangan pemasaran, bukan sekedar suatu teknologi saja.
Bagian 3 menekankan perlunya Menyerang atau Diserang. Dalam 3 bab pada bagian ini penulis menguraikan bahwa disrupsi harus dimulai dari kelincahan diri sendiri dulu. Cara pandang terhadap disrupsi itu dulu yang perlu berubah. Karena ketangkasan itu berawal dari paham, namun kemudian melakukan. Ada tiga quote penting disini:
- Singa yang mengembik ibarat manusia bergelar tinggi tapi selalu tak berani melakukan eksekusi. Ia hanya mengembik
- Singa yang lapar ibarat kambing di musim kawin, menanduk tanpa sempat berfikir.
- Disrupsi akan terjadi jika pemimpin bagai singa yang lapar atau kambing yang mengaum.
Pada bagian 4 penulis mengisyaratkan bahwa Mindset adalah bagian penting. Tanpa perubahan mindset perubahan tidak akan pernah terjadi.