Kebanyakan wirausaha sosial biasanya memulai inisiatif yang kecil, bersifat lokal, dan sering menyasar masalah-masalah yang menggambarkan ekspresi lokal, namun tetap relevan secara global, misalnya masalah lingkungan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Solusi yang inovatif dan sudah tervalidasi secara lokal tersebut sering kali dapat direplikasi di daerah lain dan berkembang menjadi industri global baru (Zahra et al., 2005). Sebagai contohnya adalah pertumbuhan dari industri micro-finance yang berkembang pesat dan menyebar di seluruh dunia (Seelos et al., 2008).
Saya sering mendapat pertanyaan, "Dalam memulai sebuahwirausaha sosial,bisnis, organisasi, ataupun inovasi apa yang pertama harus dilakukan? Mulai dari mana? Apa tahapannya? bagaimana saya bisa memulai bisnis seperti yang dr. Gamal kembangkan?" Saya katakan kepada mereka 3 kunci utamanya, "Start where you are, use what you have, do what you can".
Secara teoritis tahapan pengembangan wirausaha sosial adalah organizational readiness, opportunity identification, feasibility study, business plan, launch preparation, start up, evaluation, strengthening.Tapi, saya akan coba simplificas sesuai tengan pengalaman saya dalam mengembangkan banyak inovasi kesehatan yang berjiwa sosial.
Saya coba sederhanakan untuk membuat Anda memahami tahapan pengembangan wirausaha sosial dan urgensi di tiap tahapan. Tahapan pengembangan kewirausahaan sosial pada umumnya melalui serangkaian proses berikut ini, antara lain :
Peluang atau MasalahBerapa banyak diantara kita melihat masalah dan peluang, lalu menghasilkan sebuah ide untuk menangkap peluang atau menyelesaikan masalah tersebut? Tapi, berapa banyak diantara kita yang akhirnya benar - benar merealisasikan ide tersebut? Pertanyaan yang sama juga penting untuk seorang akademis, berapa banyak diantara kita memulai sebuah penelitian? Tapi berapa banyak yang merealisasikan hasil penelitiannya? Oleh karena itu, salah seorang guru bangsa ini pernah menasehatkan, jika orang Eropa ke bulan dengan roket, kita orang Indonesia ke bulan dengan tumpukan hasil penelitian. Ini ameruapakan otokritik untuk kita semua.
Bagi inovator, masalah adalah peluang. Masalah butuh sentuhan kewirausahaan untuk diubah menjadi peluang yang memberhasilkan, menguntungkan, dan memberikan kebermanfaatan. Perhatikan pesan Bill Drayton yang merupakan salah satu penggerak kewirausahaan sosial, dunia "Social entrepreneurship are not content just to give a fish or teach how to fish. They will not rest until they have revolutionized the fishing industry." Itu yang saya rasakan setiap mengembangkan inovasi - inovasi di Indonesia Medika.
Seperti punya pekerjaan rumah besar dan tidak ingin berhenti sampai mengubah budaya dan sistem kesehatan di Indonesia. Saya ingin benar -- benar mewujudkan visi saya, "open doors to health access with innovation".
Ketika berkeliling dunia dan bertemu banyak inovator, saya belajar sebuah prinsip problem will lead innovation. Masalah itu yang akan mengarakan dan mamandu kita untuk memodifikasi inovasi yang kita kembangkan, sehingga mampu menyelesaikan masalah itu dan berdampak untuk kehidupan banyak orang. Saya akan sedikit certitakan inovasi - inovasi yang saya temui di berbagai belahan dunia dan mereka semua selalu berawal dari masalah.
Bempu Bracelet. Bayi yang baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuh mereka sendiri. Kondisi ini sering menyebabkan hipotermia pada bayi baru lahir dan mempengaruhi 32-85% bayi baru lahir di seluruh dunia. Kawan saya dari India bernama Ratul, ia mencoba menawarkan sebuah solusi BEMPU Bracelet atau gelang BEMPU adalah gelang pemantauan suhu untuk bayi yang baru lahir. Gelang ini menggunakan alarm yang dapat berbunyi dan berubah warna untuk mengingatkan orang tua jika suhu bayi turun dan bayi menjadi hipotermia.
Zipline,berawal dari masalah bahwa lebih dari 2 miliar orang kekurangan akses yang memadai terhadap produk dan alat kesehatan yang sangat penting. Hal ini terutama disebabkan oleh medan yang berat, menantang, dan adanya kesenajangan infrastruktur. di berbagai wilayah di Afrika Hal ini mengakibatkan lebih dari 2,9 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap tahun. Lebih dari itu, sekitar 150.000 kematian terkait kehamilan setiap tahun dapat dihindari, jika ibu memiliki akses yang terpercaya dan menjajikan untuk mendapatkan donor darah yang aman.
Andrew memutuskan keluar dari perusahaan besar dan mengembangankan sebuah inovasi kesehatan untuk menyelesaikan masalah itu yang bernama Zipline. Ziplineadalah sebuah drone yang dapat mengantarkan semua kebutuhan kesehatan untuk rumah sakit dan public health dengan memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan. Ziplinemenggunakan drone bersayap yang secara otomatis terbang ke tempat tujuan di Rwanda. Zipline kemudian melepaskan paket kecil yang berisi kebutuhan alat, bahan, dan produk keseahtan yang terpasang pada parasut tanpa perlu mendarat di titik pengiriman. Teknologi Zipline menawarkan pengantaran berbagai produk kesehatan lebih cepat daripada melalui jalan darat.
Relief Watch,dari total 1 juta fasilitas kesehatan di negara berkembang, sekitar 40% mengalami kehabisan persediaan obat-obat penting secara rutin. Kawan saya dari Amerika Serikat, Daniel Yu, menawarkan sebuah solusi bernama Relief Watch. Relief Watch adalah wirausaha sosial yang membantu fasilitas kesehatan yang tidak memiliki akses internet untuk mendigitalisasi inventaris mereka menggunakan telpon genggam. Tenaga kesehatan dapat melaporkan jumlah obat-obatan yang tersisa melalui telpon genggam. Data ini dilewatkan dari jaringan telekomunikasi ke internet gateway yang terhubung ke cloud database, yang secara otomatis memperbarui informasi mengenai inventaris fasilitas kesehatan.
1.