Lihat ke Halaman Asli

John Dewey: Progresivisme Membuat Kreatifivitas Peserta Didik pada Konsep "Belajar Merdeka"

Diperbarui: 20 Desember 2022   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Progresivisme merupakan salah satu aliran filfasat yang dikemukakan oleh John Dewey. Beliau menginginkan adanya perubahan mendasar terhadap pelaksaan pendidikan ke arah yang lebih baik berkualitas dan memberikan manfaat yang nyata bagi peserta didik.sejak kelahiran John Dewey aliran ini berusaha menggapai secara positif pengaruh-pengaruh yang ada pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Progresivisme menekankan pada konsep "progress yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dengan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan personal manusia maupun dalam kehidupan sosial(Gutek,1974:138)

Aliran ini sangat menekankan bawah pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan, menghendaki adanya kemerdekaan dan keleluasaan lembaga pendidikan mengekplorasi kecerdasan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan kecenderungan masing-masing peserta didik secara demokratis, feksibel dan menyenangkan.

Pemerintah Indonesia sebenernya selalu memberikan perhatian lebih terhadap sekotor pedidikan dengan di buktikan dengan di tetapkan kebijakan pemerintah di sektor pendidikan, mulai dari programs wajib belajar, beasiswa kepada masyarakat kurang mampu dan programs-program yang mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan, serta menganggarkan 20 persen APBN untuk sector pendidikan.

Dalam kaitannya dengan "Merdeka Belajar" memahami dan mengubah cara pandang oendidika dengan kacamata aliran filsafat progresivisme perlu dilakukan karena aliran filsafat ini berasumsi bahwa manusia itu mempunyai kemampuan yang unik dan luar biasa serta dapat mengatasi bebrbagai permasalahan yang mengancam manusia itu sendiri. Progresivisme juga menolak aka adanya corak pendidikan bersifat otoriter yang di anggap penghambat dalam mencapai tujuan-tujuan yang baik, karena kurang kemampuan yang dimiliki manusia dala proses pendidikan. 

Padahal dalam pendidikan semua elemes dianggap sebagai motor penggerak untuk mencapai sebuah kemajuan atau progress ke depan. Dengan demikian bago progresivisme, ide-ide teori, dan cita cita tidak cukup hanya di akui sebagai hal-hal yang ada (being), tetapiyang ada ini harus docari maknanya untuk mencapaisebuah kemajuan.

Kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang di rancang oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanda alasan (PISA) Programmer for International Student Assesment tahun 2019 menunjukan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 negara. Menyikapi hal tersebut Nadiem pn membuat suatu hal yang baru di pendidikan dalam mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan peserta didik dalam menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya. 

Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan numerask dalamkehidupan nyata. Satu aspeksisianya, yakni Survei Karakter, bukanah sebuah ttes, melainkan pencarian sejauh mana penerapan nilai-niilai bidi pekerti, agama dan Pancasila yang telah dipraktekkan oleh peserta didik baru

Esensi kemerdekaan berfikir harus didahuui oleh para gru sebelum mereka mengajarkan pada peserta didik. Kompetensi guru di level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah pembelajaran yang terjadi. 

Dari pemaparan konsep  kebijakan"Merdeka Belajar" yang dirancang oleh Mendikbud Nadiem Makarim, terdapat kesamaan atau kesejajaran dengan konsep pendidikan menurut aliran filsafat progresivisme John Dewey. Kedua konsep tersebut sama sama menjabarkan dan menekankan adanya kemerdekaan dan keleluasan lembaga pendidikan dalam mengekplorasi secara maksimal kemampuan dan potensi yang di miliki oleh para peserta didik yang secara alamiah memilikikemampuan dan potensi yang beragam. 

Jika dirumuskan kedua konsep tersbut sama-sama mengandung makna yang senada yaitu, peserta ddik harus bebas dan berkembang secara natural, pengalaman langsung adalah rangsangan terbaik dalam pembelajaran, Guru harus bisa memandu dan menjadi fasilator yang baik. Lembaga pendidikan harusmenjadi laboraturium pendidikan untuk perubahan peserta didik, aktivitas di lembaga pendidikan dan di rumah harus dapat dikooperasikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline