Lihat ke Halaman Asli

“Staying Power” Lazio Mengalami Ujian Berat Di Akhir Musim

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13355580921980768443

oleh Galuh Trianingsih Lazuardi © 2011 [caption id="attachment_184683" align="alignleft" width="300" caption="gambar dari gallery www.lazioland.com"][/caption] Sejak 17 Oktober 2011 Lazio selalu menempati posisi dalam lima besar klasemen Serie-A musim ini, bahkan sejak 4 Maret 2012 tak tergeser dari posisi tiga. Keberuntungan? Saya sangat tidak setuju dengan pendapat ini. Keberuntungan dapat saja dialami sebuah tim untuk 2, 3 atau 4 giornata. Kalau hal itu terjadi sepanjang 27 giornata hal itu bukan lagi keberuntungan. Itu menunjukkan bahwa Lazio memiliki apa yang disebut sebagai “Staying Power” atau kekuatan untuk bertahan. Saat ini, ketika musim 2011/2012 tinggal menyisakan 4 giornata, Staying Power Lazio benar-benar diuji. Ujian besar bukan hanya datang dari rival-rivalnya yang kian mendekati posisi terakhir Liga Champions itu, tetapi terutama ujian dari internal Lazio sendiri berupa absennya terlalu banyak pemain akibat cedera dan hukuman akumulasi kartu serta tidak optimalnya dukungan manajemen klub. Jatuh Bangun Pasca-pelemahan Tare Sempat mendapat predikat sebagai tim tandang terbaik sejak dimulainya musim ini hingga akhir tahun 2011, Lazio mencatat prestasi sangat mengecewakan jika bertanding di luar Olimpico sepanjang 2012 ini. Dari 10 laga tandang, Lazio hanya memenangi 2 laga, pada “partai tandang” Derby della Capitale di Olimpico dan saat menantang Chievo di Stadio Marc’Antonio Bentegodi. Delapan lainnya berakhir dengan kekalahan termasuk saat melawan tim medioker yang seharusnya dapat dikalahkan seperti Siena, Palermo, Parma Catania dan terakhir kalah dari tim yang sebelah kakinya telah berada di Serie-B, Novara. Di Olimpico pun Lazio mengalami kekalahan tak perlu dari tim sekelas Bologna. Sesungguhnya, sejak Mercato Januari 2011, kekuatan skuad asuhan Edy Reja ini secara sistematis “dipreteli” alias dilemahkan oleh manajemen Lazio sendiri. Bukan hanya gagal mendatangkan pemain baru berkualitas, Direktur Olahraga Igli Tare justru menjual Cisse ke QPR dan meninjamkan Sculli ke Genoa, dan hanya memasukkan pemain muda Uruguay, Alfaro, yang belum teruji dan dalam keadaan cedera. Barisan depan Lazio menjadi sangat rentan akibat kebijaksanaan aneh manajemen ini. Badai Cedera Belum Berlalu Tim yang lebih lemah ini makin diperlemah dengan hadirnya badai cedera yang sangat dahsyat. Reja tak pernah dapat menurunkan tim yang sama di dua pertandingan akibat banyaknya punggawa birulangit yang banyak masuk ruang perawatan ini. Pernah terjadi, saat meghadapi Palermo di Stadio Renzo Barbera, Reja hanya memiliki dua bek yang siap laga sehingga harus memainkan Ledesma sebagai bek dadakan pada formasi yang sangat tidak lazim bagi Lazio, 3-5-2. Saat inipun, gelombang cedera ini tak kunjung mereda. Menjelang laga lawan Udinese di Stadio Friuli akhir pekan ini, tak kurang 8 pemain tak dapat dimainkan: Radu, Stankevicius, Brocchi, Hernanes, Lulic, Klose dan Makinwa karena cedera serta Candreva yang mendapat sekali larangan main akibat akumulasi 4 kartu kuning. Lazio adalah tim yang paling rapuh terkait masalah cedera pemain musim ini. Usia pemain bukan alasan, karena Milan dan Inter yang rata-rata usia pemainnya lebih tua daripada Lazio tidak mengalami masalah cedera separah Lazio. Pelatih dan manajemen harus mencari jawaban atas masalah ini dan mencari solusinya agar tidak terus terjadi musim depan. Empat Laga Final Staying Power Lazio benar-benar mengalami ujian dalam empat giornata terakhir. Kalau tadinya pesaing utama hanyalah Udinese, kini Napoli dan Inter berada dalam jangkauan posisi 3 dengan selisih 3 poin. Hanya rival sekota, Roma, yang berjarak 5 poin. Mauri dan kawan-kawan menyisakan dua partai tandang melawan Udinese dan Atalanta. Partai melawan Udinese sangat sangat vital untuk dimenangi mengingat laga putaran pertama berakhir seri. Hasil seri akan sangat riskan. Kalau terjadi poin yang sama di akhir musim, dan dengan head-to-head yang sama maka sejarah musim lalu akan berulang, karena Udinese unggul dalam selisih gol. Kalau kesamaan poin ini terjadi dengan Napoli, Lazio diuntungkan, karena walaupun selisih gol Napoli jauh di atas, Lazio unggul head-to-head. Demikian pula dengan Roma. Partai tandang lain adalah melawan Atalanta. Melihat catatan Atalanta di beberapa laga terakhir dan melihat situasi kedalaman tim Lazio saat ini, jelas ini laga teramat berat, yang akan dihadapi Lazio di Stadio Atleti Azzurri d'Italia 6 Mei mendatang bukanlah Atalanta yang dikalahkan 2-0 di Olimpico. Dua laga kandang Lazio juga bukan laga ringan. Siena jelas sangat impresif penampilannya di beberapa laga akhir, apalagi mereka datang dengan memori indah kemenangan 4-1 atas Lazio di Stadio Artemio Franchi. Banyak yang memrediksikan, laga lawan Inter di giornata terakhir, 14 Mei 2012 di Olimpico akan menjadi laga yang sangat menentukan bagi Biancocelesti apakah musim depan berlaga di Liga eropa atau Liga Champions. Laga ini wajib dimenangi, tanpa kompromi. Beberapa laga antara para rival dapat saja memberikan keuntungan bagi Lazio seperti Roma-Napoli dan Derby della Madoninna. Tetapi Lazio tidak dapat lagi berharap pada itu. Dari empat sisa laga Lazio minimal harus mampu merebut 10 poin untuk memastikan posisi tiga tetap jadi miliknya. Itu berarti hanya boleh sekali seri dan memenangi tiga lainnya. Benar, ini situasi yang sangat kritis, sampai-sampai membuat Klose berkeinginan kuat untuk bermain di satu atau dua laga terakhir jika sembuh, walaupun itu berisiko terhadap kemungkinannya bermain di final Piala Eropa yang sudah di depan mata. Lazio Bisa! Lazio, dengan segala compang-camping skuadnya yang dilanda berbagai masalah, mampu untuk mewujudkan keinginan Laziali sedunia menyaksikan Gli Aquilotti belaga di Liga Champions musim depan. Elang Lazio tak akan pernah menyerah sebelum musim selesai, dan tak akan pernah berjalan melata dengan empat kakinya di tanah. Karena Tim Pertama Ibukota ini memiliki sesuatu yang tidak dimiliki tim lain: Staying Power. Dia akan selalu terbang tinggi. Avanti Lazio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline