Lihat ke Halaman Asli

galuhdhinardivanka

Mahasiswa S1 Pariwisata

Event Kecak Garuda Wisnu Kencana Bali

Diperbarui: 3 Desember 2024   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto tempat penyelenggaraan Sumber: Dokumentasi Pribadi

      Event Kecak di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali adalah salah satu atraksi budaya yang mengundang perhatian wisatawan lokal maupun internasional. Bertempat di amphitheater terbuka yang megah dengan latar belakang patung Garuda Wisnu Kencana yang ikonik, pertunjukan ini memadukan seni tari, musik, dan cerita tradisional Bali. Kecak, sebagai seni pertunjukan khas Bali, dikenal melalui nyanyian "cak-cak-cak" yang dilakukan oleh puluhan pria, menciptakan suasana mistis yang mendalam. Cerita Ramayana menjadi inti dari pementasan ini, menghadirkan adegan dramatis yang diiringi oleh sorotan cahaya alami matahari terbenam, menambah keindahan pertunjukan. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat beberapa aspek operasional yang perlu diperhatikan, terutama pada alur pengunjung dan sistem publisitas. Area GWK memang sangat luas dan memiliki potensi besar untuk mendukung event ini, tetapi fasilitas penunjang untuk pengunjung massal belum sepenuhnya optimal.

      Menghadiri pertunjukan Kecak di GWK memberikan pengalaman budaya yang mendalam, namun juga menimbulkan beberapa catatan penting yang perlu direnungkan. Pertama, lokasi penyelenggaraan di GWK memang sangat strategis dan estetis, tetapi beberapa fasilitas seperti penunjuk arah dan aksesibilitas untuk pengunjung lansia atau difabel kurang memadai. Dengan area yang besar dan berundak-undak, beberapa pengunjung terlihat kesulitan untuk mencapai amphitheater, terutama pada jam-jam ramai.

      Kedua, alur pengunjung menuju dan dari lokasi pertunjukan masih terkesan kurang terorganisir. Sebelum pertunjukan dimulai, pengunjung harus mengantre atau menungu di tangga cukup lama tanpa ada petunjuk arah atau pemandu yang jelas. Hal ini menyebabkan suasana yang kurang nyaman, terutama bagi keluarga dengan anak kecil atau wisatawan yang baru pertama kali datang ke GWK. Setelah acara selesai, alur keluar yang sempit sering menyebabkan kerumunan yang melelahkan. Publisitas juga menjadi poin penting untuk direnungkan. Meskipun GWK memiliki laman resmi dan aktif di media sosial, informasi tentang jadwal, harga tiket, dan panduan akses ke lokasi sering kali kurang lengkap. Beberapa pengunjung mengaku mendapatkan informasi yang berbeda antara sumber online dan kenyataan di lokasi, sehingga menimbulkan kebingungan.

Foto alur keluar pengunjung Sumber: Dokumentasi pribadi

      1. Aspek Tempat Penyelenggaraan

     GWK sebagai lokasi penyelenggaraan memiliki keunggulan dari segi pemandangan dan atmosfer budaya. Namun, tantangan logistik seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang harus segera ditingkatkan. Misalnya, penambahan jalur khusus untuk pengunjung dengan kebutuhan khusus dan penempatan petunjuk arah yang lebih jelas dapat membantu meningkatkan kenyamanan.

2.  Alur Pengunjung

     Manajemen alur pengunjung menjadi kelemahan utama dalam event ini. Dalam skala mass tourism, pengelola GWK perlu mengadopsi sistem antrean yang lebih modern, seperti penggunaan tiket elektronik dengan waktu masuk yang terjadwal. Selain itu, petugas di lapangan harus diberdayakan untuk mengarahkan pengunjung dengan lebih efisien. Penyediaan area tunggu yang nyaman dan pemberian peta kecil kepada setiap pengunjung juga dapat membantu mengurangi kebingungan.

3. Publisitas

      Sistem publikasi melalui laman resmi dan media sosial memiliki potensi besar tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Pengelola perlu memastikan informasi yang diberikan selalu akurat dan diperbarui. Menambahkan fitur interaktif seperti FAQ, peta digital, dan video tur singkat di laman resmi dapat meningkatkan pengalaman calon pengunjung. Selain itu, kolaborasi dengan travel blogger atau influencer lokal juga dapat memperluas jangkauan informasi, terutama untuk menarik wisatawan internasional.

     Untuk meningkatkan kualitas event Kecak di Garuda Wisnu Kencana, beberapa langkah strategis dapat dilakukan. Pertama, peningkatan infrastruktur dan fasilitas menjadi prioritas, seperti penambahan eskalator atau lift di area curam untuk memudahkan aksesibilitas, terutama bagi lansia dan penyandang disabilitas. Area tunggu juga perlu dilengkapi dengan kursi tambahan dan naungan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung selama menunggu. Selain itu, fasilitas umum seperti toilet dan titik air minum gratis perlu diperbanyak di lokasi-lokasi strategis guna mengakomodasi jumlah pengunjung yang besar.

     Dari sisi pengelolaan alur pengunjung, penerapan sistem antrean berbasis tiket elektronik dengan jadwal waktu masuk yang jelas dapat mengurangi kerumunan dan memperlancar arus pengunjung. Jalur keluar alternatif juga perlu disediakan untuk menghindari penumpukan di satu titik setelah pertunjukan selesai. Petugas di lapangan harus ditempatkan di titik-titik strategis untuk memberikan panduan yang jelas kepada pengunjung, sekaligus memastikan pengalaman yang lebih tertib dan nyaman.

     Dalam hal publisitas, pengelola GWK dapat memaksimalkan penggunaan media sosial dan laman resmi untuk menyampaikan informasi yang akurat dan terkini. Pembuatan konten visual seperti video pendek dan testimoni pengunjung sebelumnya dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan. Selain itu, pengembangan aplikasi khusus GWK yang menyediakan fitur seperti panduan lokasi, peta digital, dan pembelian tiket daring akan memberikan kemudahan bagi calon pengunjung, sekaligus meningkatkan citra profesionalisme GWK sebagai destinasi budaya kelas dunia. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengalaman wisata di GWK semakin optimal dan mampu memenuhi ekspektasi pengunjung dari berbagai latar belakang.

            Kesimpulannya, event Kecak di GWK merupakan salah satu daya tarik budaya yang berharga di Bali. Namun, tantangan terkait fasilitas, alur pengunjung, dan publisitas perlu diatasi untuk memberikan pengalaman yang lebih baik, terutama bagi wisatawan dalam skala besar. Dengan pembenahan yang tepat, GWK tidak hanya dapat mempertahankan citra budaya Bali tetapi juga meningkatkan kualitas layanan yang sejalan dengan kebutuhan turis modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline