Lihat ke Halaman Asli

galuh adi wijaya

Mahasiswa Universitas Jember

Dinamika Pilkada 2024, Pengaruh Jokowi dalam Perebutan Kursi Kepala Daerah

Diperbarui: 8 November 2024   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menunjukkan dinamika yang sangat menarik, khususnya terkait dengan fenomena berbondong-bondongnya calon kepala daerah untuk mencari dukungan dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Fenomena ini mencerminkan pengaruh yang sangat besar dari Jokowi dalam pembentukan peta politik lokal dan bagaimana para calon memanfaatkan kekuatan politiknya untuk meraih kemenangan. Berdasarkan analisis mendalam, fenomena ini dapat dilihat dari beberapa perspektif berikut:

Pengaruh Popularitas dan Legitimasi Jokowi

Salah satu alasan utama mengapa banyak calon kepala daerah mendatangi Jokowi adalah karena popularitasnya yang masih sangat tinggi. Sebagai Presiden yang sukses memimpin Indonesia selama dua periode, Jokowi memiliki kedekatan emosional dengan banyak lapisan masyarakat. 

Sejak awal masa pemerintahannya, Jokowi dikenal sebagai figur yang merakyat dan pro-rakyat, sehingga banyak pemilih yang merasa bahwa kebijakan dan keberlanjutan pemerintahannya masih perlu dijaga. Dalam konteks Pilkada 2024, para calon kepala daerah yang mendukung Jokowi berharap bisa meraih legitimasi sosial dan politik dari figur yang sangat dihormati ini.

Pengaruh popularitas Jokowi dalam Pilkada 2024 ini menjadi sangat signifikan, terutama bagi calon-calon yang berasal dari partai-partai koalisinya. Mereka yang mendapatkan dukungan langsung dari Jokowi, baik dalam bentuk deklarasi dukungan atau sosialisasi, cenderung memperoleh keuntungan besar dalam hal dukungan pemilih, terutama di daerah-daerah yang memiliki kedekatan politik dengan Jokowi.

Kekuatan Jaringan Partai dan Koalisi Politik

Dari sisi struktur partai, Jokowi masih memegang kendali kuat atas partai besar, seperti Golkar, NasDem, dan beberapa partai koalisinya. Sebagai tokoh sentral dalam koalisi pemerintahan, Jokowi memiliki akses untuk mengarahkan dukungan partai-partai politik yang berafiliasi dengannya, serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan internal terkait pencalonan kepala daerah.

Berdasarkan analisis Simanjuntak dalam bukunya Politik Pasca Pemerintahan: Studi Tentang Mantan Presiden dan Dinamika Partai Politik menyatakan bahwa mantan presiden sering kali masih memiliki pengaruh besar terhadap partai politik dan pengambilan keputusan mengenai calon kepala daerah. Partai-partai yang berada dalam lingkup kekuasaan Jokowi cenderung lebih memilih calon yang sudah mendapat restu dari Jokowi, karena diharapkan dapat memperkuat jaringan politik mereka, memperluas dukungan massa, dan menjaga keberlanjutan kebijakan pemerintahan.

Stabilitas dan Keberlanjutan Kebijakan Pemerintahannya

Para calon kepala daerah yang mendekati Jokowi sering kali mengusung tema keberlanjutan kebijakan pemerintahannya, seperti pembangunan infrastruktur, program kesejahteraan sosial, dan pemerataan ekonomi. Mereka yang terafiliasi dengan Jokowi memiliki keuntungan dalam hal mengasosiasikan diri dengan program-program yang telah terbukti sukses dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.

Di sisi lain, calon yang mendekati Jokowi juga diuntungkan oleh citra stabilitas yang dibawa oleh mantan presiden. Seperti yang dijelaskan oleh Natsir dalam buku Pengaruh Mantan Presiden terhadap Stabilitas Politik di Indonesia menyatakan bahwa mantan presiden cenderung membawa aura stabilitas yang dibutuhkan oleh banyak pemilih, terutama yang menginginkan kelanjutan program-program pembangunan dan kemajuan daerah. Para calon tersebut akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari masyarakat yang ingin menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan yang telah dimulai oleh Jokowi.

Persaingan Politik dan Strategi Penguatan Basis Massa

Fenomena berbondong-bondongnya calon kepala daerah untuk mencari dukungan Jokowi juga mencerminkan persaingan politik yang semakin tajam di tingkat lokal. Di beberapa daerah, partai-partai oposisi atau calon yang tidak mendapatkan dukungan Jokowi, berusaha untuk menciptakan identitas politik yang berbeda dengan pemerintahannya. Mereka mungkin mengandalkan isu-isu lokal atau ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat untuk menarik pemilih yang merasa terpinggirkan.

Namun, bagi mereka yang mendapatkan dukungan Jokowi, strategi kampanye akan lebih mengutamakan narasi kontinuitas dan keberlanjutan program-program Jokowi, seperti pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan. Mereka berupaya menarik pemilih dengan mengedepankan keberhasilan pemerintahan Jokowi di tingkat pusat, sehingga mengarah pada penguatan basis massa yang sudah ada.

Pola Mobilisasi Massa dan Pengaruh Media Sosial

Dalam Pilkada 2024, media sosial juga memainkan peranan yang sangat penting dalam mobilisasi massa dan pencitraan politik. Dukungan Jokowi dalam Pilkada dapat dilihat sebagai strategi komunikasi politik yang memanfaatkan pengaruh media sosial dan citra Jokowi yang sudah dikenal luas. Calon kepala daerah yang mendapat dukungan dari Jokowi dapat menggunakan platform digital untuk memperkuat pesan politik mereka dan memperluas jangkauan kampanye mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline