Lihat ke Halaman Asli

Galuh AdiPrayoga

Seorang Mahasiswa

Menikmati Hidup dengan Kesederhanaan atau Kemewahan

Diperbarui: 29 September 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dr. Ira Alia Maerani, S.H.,M.H. (dosen Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang)
Galuh Adi Prayoga (mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unissula, Semarang)

Menikmati Hidup Dengan Kesederhanaan atau Kemewahan

Kita sebagai manusia pasti pernah merasakan pahit dan manisnya dalam menjalani kehidupan . Ada yang pernah merasakan manisnya kehidupan  saat berada diatas dan ada juga yang pernah merasakan begitu pahitnya kehidupan dibawah . Yang dimaksud kehidupan diatas adalah ketika kita merasakan bagaimana nikmatnya memiliki segala sesuatu yang kita inginkan dengan mudah ,hanya dengan menggunakan beberapa lembar uang kertas kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan , seperti contoh anak muda zaman sekarang dengan hanya mengucapkan " papah/mamah aku mau handphone yang harganya 10 juta " . 

Hanya  dengan mengucapkan dan hanya memerlukan waktu yang sangat singkat para anak muda ini bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga tidak memerlukan kerja keras ataupun dengan berusaha sedikitpun untuk mendapatkannya . Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dan Anas bin Malik, Rasulullah SAW berkata: "Jika seorang putra Adam memiliki lembah yang penuh emas, dia ingin memiliki dua. 

Tidak ada yang bisa mengisi mulutnya kecuali bumi (kuburan). Allah membalas dengan rahmat kepada dia yang berpaling kepada-Nya dalam penyesalan ". (Al-Bukhari dan Muslim) . Dan juga dalam salah satu ayat Al Quran Allah SWT berfirman: "Ketahuilah bahwa kehidupan duniawi ini tidak lebih dari permainan, hiburan, kemewahan, saling membual, dan persaingan dalam kekayaan dan anak-anak." (QS. Al-Hadid 57:20) . 

Dapat disimpulkan dari salah satu hadist dan ayat Al Quran diatas bahwa realita kehidupan didunia yang bermegah-megahan secara material dan nikmat duniawi dimana kecendurang untuk menikmati segala hal didunia seperti hiburan,harta,kemewahan dan kesombongan . 

Mereka terlalu sibuk dengan kenikmatan didunia dan melupakan kehidupan akhirat , seharusnya mereka sadar bahwa kehidupan didunia hanya sementara dan pasti kembali kepada ALLAH SWT dan juga pasti dipertanggunjawabkan di hari kebangkitan nanti . Kapan hari kebangkitan itu? Setelah hari kiamat terjadi dan sesudah malaikat Israfil meniupkan sangkakala yang kedua kalinya . Manusia akan bangkit dari kuburnya dan digiring ke padang mahsyar dan disana dimintai pertanggungjawaban disaat hidup didunia.

Sementara itu bagaimana yang dimaksud dengan kehidupan dibawah yaitu dimana kita sedang berada diposisi tersulit dalam hidup . Apa saja posisi tersulit dalam hidup? Posisi tersebut dapat digambarkan ketika kita sedang dalam keadaan tertimpa masalah dari segi manapun baik dalam bidang ekonomi maupun keluarga . keadaan ini adalah ketika kita sedang dalam masa ujian dari ALLAH SWT . Dalam salah satu ayat AL Quran ALLAH SWT berfirman : 

Wahai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan bersabar dan mengerjakan sembahyang, karena sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah ayat 153). Dan juga dalam salah satu Hadits tentang ujian dan cobaan ini didasarkan pada hadits dari Ali bin Abi Thalib Ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan. 

Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya dengan baik, dengan segala kekuatan hatinya, maka Allah akan mencatat untuknya sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dengan bumi. Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan mencatat untuknya 600 yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy. 

Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, maka Allah akan mencatat untuknya 900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya dan Dailami). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline