Lihat ke Halaman Asli

Galluh Tiara Al Husna

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

Kompetensi dan Tantangan Profesi: Komunikasi Korporat dan Komunikasi Massa

Diperbarui: 10 Desember 2022   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

picture by pinterest

Seiring dengan perkembangan zaman, pola kehidupan masyarakat semakin berkembang sehingga memunculkan berbagai macam kebutuhan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, tanpa terkecuali kebutuhan profesi. Pada bidang komunikasi sendiri, terdapat profesi-profesi yang timbul akibat kebutuhan tersebut, yaitu komunikasi korporat dan komunikasi massa. Profesi-profesi ini sangat diperlukan sebuah perusahaan, baik sebagai tameng maupun alat penggerak dalam memajukan sebuah perusahaan. Kami telah melakukan wawancara terhadap dua narasumber yang memiliki latar belakang profesi komunikasi yang berbeda, yaitu Pak Habbul Budiono dari Smart Academy sebagai narasumber public relation bidang korporat dan Bu Dena dari Tribun Kaltim sebagai narasumber content writer bidang media massa untuk mengetahui kompetensi dan tantangan apa saja yang mereka perlukan dalam menjalani profesi-profesi tersebut. Lantas kompetensi apa saja yang mereka perlukan dan hal apa saja yang menjadi kendala serta tantangan mereka dalam menjalani profesi-profesi tersebut?

Dalam kesempatan mewawancai pak Habbul, kami menanyakan beberapa jenis pertanyaan, yaitu bentuk kompetensi apa saja yang diperlukan dan kendala serta tantangan apa saja yang pak Habbul alami dalam menjalani profesi sebagai seorang PR perusahaan. Bapak Habbul menyebutkan terdapat beberapa macam kemampuan yang diperlukan ketika menjalani profesi sebagai seorang public relation, yaitu kemampuan berkomunikasi yang baik. Seorang public relation dituntut untuk cakap dalam berkomunikasi karena di dalam lingkup kerjanya, seorang PR akan melakukan berbagai macam negosisasi atau kegiatan melobi dengan para klien atau stakeholder. Seorang PR juga akan melakukan berbagai macam jenis kegiatan public speaking, presentasi pengembangan program, interview, atau sekedar menjalin hubungan baik dengan klien atau stakeholder yang membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Profesi PR juga harus memiliki kemampuan problem solving, kemampuan memanajemen waktu, kemampuan melakukan riset dan analisis yang cepat dan tepat terhadap berbagai jenis kebutuhan perusahaan maupun kebutuhan para klien sehingga dapat membentuk dan menjaga citra perusahaan yang baik di mata publik.

Adapun, kendala yang Bapak Habbul alami ketika menjalani profesi sebagai PR adalah lamanya proses membentuk dan menciptakan reputasi perusahaan. Seorang PR juga harus melakukan riset untuk pengembangan program perusahaan, akan tetapi seringkali terkendala pada masalah pendanaan. Berbagai macam kendala lainnya adalah kesulitan pada saat melobi para klien atau stakeholder, tuntutan untuk terus mengikuti perkembangan teknologi yang cepat berubah. Selain kendala terdapat pula tantangan ketika menjadi seorang PR yaitu tuntutan untuk dapat membentuk dan mempertahankan citra perusahaan agar selalu baik dimata publik, tuntutan untuk harus selalu menjaga kredibilitas pribadi dan perusahaan, menjaga sikap profesionalitas di dalam kantor maupun di depan para stakeholder yang sedang dihadapi. Selain itu, tantangan lainnya sebagai seorang PR adalah tuntutan untuk terus bertemu dengan banyak orang, baik pihak internal maupun eksternal, dengan latar belakang dan karakterikstik yang berbeda, sehingga peran sebagai seorang PR adalah bagaimana harus terus menyesuaikan kondisi dan gaya bicara dengan orang-orang yang akan dijumpai. Tidak berhenti sampai disitu, PR juga harus tetap mempertahankan dengan baik hubungan relasi tersebut. Namun, meski dihadapkan pada banyak tantangan dalam menjalani profesi sebagai seorang PR, baik dalam hal menciptakan opini publik, pengembangan program, reputasi perusahaan, hingga memikirkan bagaimana cara menciptakan partisipasi publik, pak Habbul mengatakan bahwa hal tersebut yang kemudian menjadi sebuah motivasi dan semangatnya untuk terus bergerak memajukan perusahaan Smart Academy.

Sama halnya dengan pak Habbul, kami juga menanyakan berbagai macam pertanyaan untuk bu Dena selaku Content Writer Tribun Kaltim mengenai kompetensi apa saja yang diperlukan serta kendala dan tantangan ketika menjalani profesi sebagai Content Writer. Bu Dena mengatakan kemampuan yang harus dimiliki ketika menjalani profesi sebagai penulis konten redaksi adalah ilmu kejurnalistikan, dimana penulis harus mengerti tata cara penulisan yang baik dan benar, berupa pemahaman tentang tata baca, penggunaan tanda baca, dan penyusunan kalimat efektif, sehingga tulisan artikel/konten bacaan yang ditulis dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh para pembaca. Kemampuan yang harus dimiliki seorang content writer juga meliputi kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan memanajemen waktu, kemampuan meriset untuk pengembangan konten tulisan yang lebih menarik. Selain itu, penulis harus dapat membangun sebuah berita yang fresh dan layak untuk disajikan untuk publik.

Adapun, kendala yang dialami bu Dena selama menjalani profesi content writer adalah masalah server jaringan internet yang sering naik turun sehingga menyulitkan mengunggah berita yang telah ditulis. Sedangkan, tantangan yang dialami bu Dena ketika menjalani posisi sebagai content writer adalah persaingan yang semakin ketat dengan berbagai macam platform atau konten-konten tulisan lainnya, sehingga terus dituntut untuk dapat menulis topik yang fresh, menarik dan lebih unggul dibanding tulisan lainnya sehingga dapat dibaca oleh banyak masyarakat. Dalam menjalani profesi content writer juga harus bergerak cepat dalam menulis konten yang sedang tren atau sedang banyak dibicarakan masyarakat, namun tidak mengambil dari sembarang sumber dan tetap dapat terjamin keakuratannya, sehingga akan mendapat banyak kepercayaan pembaca untuk kembali membaca berita-berita Tribun Kaltim. Tantangan lainnya sebagai content writer adalah tuntutan menulis berita secara cepat dengan deadline penulisan konten yang singkat dan harus dapat menulis berita yang dapat bermanfaat bagi khlayak banyak. Sehingga pengembangan hardskill dan softskill sebagai content writer harus terus dikembangkan. Bu Dena mengatakan untuk menjadi content writer setidaknya harus memiliki 3 pondasi, yaitu disiplin waktu, banyak membaca, dan terus latihan menulis. Content writer akan selalu dituntut untuk menulis informasi tertentu dengan waktu yang cepat dan tepat, berdasarkan data dan fakta yang tervalidasi. Bu Dena memberi pesan kepada siapapun yang bercita-cita untuk menjadi seorang content writer untuk tidak cepat puas terhadap karya yang ditulis, minta masukan orang lain untuk membaca tulisan yang kita tulis. Selain itu, terus memperkuat bacaan dan berlatih menulis secara beriringan, karena seseorang tidak bisa menulis tanpa banyak membaca.

Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan dengan Bapak M.Habbul Budiono, sebagai Manajer Public Relation, bahwa dengan adanya kemampuan berkomunikasi yang baik dapat membangun relasi yang baik pula. Namun, terdapat tantangan dalam menjalani profesi sebagai Public Relation yaitu tuntutan untuk bertemu banyak orang yang memiliki karakter berbeda maupun latar belakang yang berbeda pula. Sedangkan menurut wawancara kami kepada Ibu Dena sebagai content writer adalah profesi tersebut mengharuskan kita untuk paham mengenai tata cara penulisan yang baik dan juga menarik untuk dibaca. Adapun, tantangan content writer di era sekarang semakin berat karena persaingan yang semakin ketat terutama dalam membuat berita yang fresh dan juga valid serta bermanfaat bagi para pembaca.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline