Lihat ke Halaman Asli

Cinangerang Jalur Alternatif Menuju Baduy - Peraturan dan Tata Tertib Memasuki Wilayah Baduy(bagian ke tiga)

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13868898051927510322

[caption id="attachment_298388" align="aligncenter" width="672" caption="Lueit Lumbung padi urang baduy (koleksi pribadi)"][/caption]

Sungai ataupun jembatan selalu digunakan sebagai perbatasan suatu wilayah, demikian pula ketika akan meniti jembatan sederhana yang terbuat dari bambu dan dijalin dengan menggunakan rotan sebagai pengikat persendian bambu. Bang Sanip   salah seorang poter setiaku menginformasikan bahwa jembatan itulah batas Baduy luar dan diakhir jembatan ini kita semua akan memasuki baduy dalam.

Untuk itu pada postingan bagian ketiga ini ada sedikit informasi yang aku kutip dari tulisan bang Ahmad yang sudah aku modifikasi perihal tata tertib dan peraturan memasuki wilayah  wilayah baduy terutama baduy dalam.

Desa Kanekes yang merupakan desa di  di kaki pegunungan Kendeng Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten yang  dihuni oleh warga Baduy dalam dan maupun luar. suku baduy luar merupakan suku baduy yang sudah berbaur dengan masyarakat sekitarnya. sedangkan Suku baduy dalam merupakan suku baduy yang benar-benar masih menjaga pikukuhnya . Sangat lah mudah untuk membedakan anatara suku baduy luar dan dalam. Berpakaian putih dan hitam dengan menggunakan ikat kepala putih merupakan ciri khas pakaian Baduy Dalam di perkampungan  Cibeo-Cikartawana-Cikeusik.  Sedangkan pakaian serba hitam dengan  penutup kepala batik berwarna biru merupakan ciri khas suku baduy dalam yang memang sudah berbaur dengan warga  sekitar sehingga bagi warga negara asing cukup hanya sampai di perkampungan baduy luar saja mereka diizinkan masuk.

Meskipun jaraknya hanya 40 km saja dari Rangkas Bitung, akan tetapi untuk mencapai wilayah baduy selain  harus memiliki kondisi fisik yang prima  mengingat  tidak adanya  akses jalan bagi kendaraan baik beroda dua ataupun empat. sehingga memaksa kita untuk berjalan kaki, sebagai  pendatang pun sudah sewajarnya  menghormati dan mematuhi peraturan adat yang berlaku di kawasant masyarakat Baduy. Paling tidak mematuhi peraturan yang dibuat Jaro (Kepala Desa) Kanekes, Dainah, (Dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung)

Adat Baduy dalam memang  sangat membatasi sentuhan dengan dunia modern, terutama pada listrik, dan peralatan elektronik lainnya sehingga  memaksa pengunjung untuk melengkapai peralatan seperti sentar dalam  memudahkan saat ke kamar kecil pada malam hari ataupun peralatan masak seperti kompor gas portable berikut tabung gasnya apabila hendak memasak sendiri selama menginap di perkampungan baduy dalam. (jangan lupa ya membawa bahan logistik sendiri selama menginap di wilayah baduy dalam)

Selain itu sebagai pendatang kita juga harus mematuhiperaturan lainnya seperti  larangan membawa tape atau radio, tidak membawa gitar, tidak membawa senapan angin, tidak menangkap atau membunuh binatang, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, tidak meninggalkan api di hutan, tidak mengonsumsi minuman memabukkan, dan tidak melanggar norma susila.

Ada baiknya  menggunakan alas kaki yang cocok dipakai di tanah licin dan berlumpur ketika mengunjungi baduy di musim hujan karena sepatu atau sandal gunung direkomendasikan untuk dipakai karena solnya telah didesain mampu ”mencengkeram” ketika berpijak sehingga tidak mudah tergelincir, apalagi di jalan menanjak dan tidak lupa pula jaket atau jas hujan dan tudung tas yang kedap air untuk melindungi barang bawaan agar tidak basah. Minyak antinyamuk silakan pula dibawa untuk menghalau serangga tersebut, terutama ketika kita hendak berjalan-jalan ke hutan atau perladangan Baduy

Malam di Baduy sangat dingin. Rasa dingin itu sangat menusuk tulang karena warga Baduy tidurnya di lantai panggung, bukan di atas dipan.Angin tidak hanya dirasakan dari embusan di atas, tetapi juga dari bawah rumah panggung. yang masuk dari sela dinding bilik bambu. untuk itu diperlukan jaket ataupun kantung tidur untuk mengusir hawa dingin di perkampungan baduy dalam mengingat perkampungan tersebut berada diatas ketinggian 500 meter diatas permukaan laut.

Sabun ataupun shampo tidaklah menjadi masalah ketika  menginap di perkampungan Baduy Luar,akan tetapi kedua benda ini pantang dipakai ketika menginap di perkampungan baduy dalam  sehingga apabila enggan untuk menggunakan sungai ataupun pancuran air dalam  membershkan diri bawalah tissue basah sebagai penggantinya dan sarung yang sangat berguna khusunya bagi wanita dalam mengganti pakaian. Obat-obatan pribadi harus dibawa, terlebih karena di dalam perkampungan Baduy tidak ada puskesmas atau apotek. Jadi, kalau sudah siap masuk ke kawasan Baduy, jangan lupa menyelesaikan segala urusan di kota terlebih dahulu karena akan sulit mendapatkan sinyal telepon seluler.

Perlu diingat pada bulan  Kawalu (masa panen tiga bulan berturut-turut pada bulan Februari hingga April), Baduy Dalam ditutup sama sekali untuk semua orang luar. Namun, bagi pengunjung pada bulan Kawalu tetap bisa bertemu dengan warga Baduy Dalam saat keluar dari kampung mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline