Lihat ke Halaman Asli

kusnun daroini

Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Dibutuhkan "Letupan" Para Legendaris kita untuk Memenangkan Asian Games 2018

Diperbarui: 8 Agustus 2018   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sport.detik.com

Siapapun yang pernah hidup di era   80-an akan teringat bagaimana  berjuta mata dan telinga tertuju pada gerak gambar hitam-putih dengan simbol TVRI  tertera dipojok kanan atasnya.

Hampir dipastikan seluruh aktivitas anak negeri ini mendadak terhenti sejenak menyempatkan diri menyaksikan sang juara dunia kebanggaan mereka akan berlaga.

Berjuta  hati pemirsa terasa terpatri didalamnya menunggu dengan hati berdebar  dan  perasaan tidak menentu. Rakyat Indonesia di hampir semua lapisan mulai dari pejabat sampai ditingkat rakyat jelata tak terkecuali anak-anak tersedot oleh magnet sang juara. 

Mereka tidak mau ketinggalan menyaksikan sebuah tontonan spektakuler Tinju professional yang begitu mengagumkan.

Seluruh perasaan tertegun sejenak, senyap dan mengharu biru  disaat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan. Spontan  gelombang rasa dan do'a secara reflek keluar bersamaan dengan  keresahan menunggu sebelum bel ronde pertama dimulai. Tidak satupun mata yang terlewat dan berkedip menyaksikan pertarungan sang juara dari setiap ronde ke ronde berjalan.

Masih teringat bagaimana suasana yang begitu heroik disaat pertandingan berlangsung. Nampak  jerit histeria bercampur bangga spontan menggema seantero Nusantaara disaat sang juara memukul KO lawannya.

Yack itulah sekelumit gambaran suasana  gelar laga kejuaraan Dunia  tinju kelas Super Terbang IBF  yang pernah dijuarai oleh Ellyas Pical  dengan promotornya Boy Bolang  yang begitu tersohor kala itu.

Dia kemudian dijuluki sang petinju kidal yang selalu berakhir dengan memukul KO lawan-lawannya. Bahkan Oleh media internasional, Elly (demikian orang akrab menyebutnya) dijuluki The Exocet ( rudal). 

Pukulan-pukulan hook dan uppercut kiri yang cepat, akurat, dan bertenaga yang jadi ciri khas Elly penyebabnya.  Julukan tersebut dihubungkan dengan roket bikinan Inggris dalam perang Malvinas.

Julukan diatas juga identik karir tinjunya yang terus meroket. Elly Pical berangkat  dari Sasana Garuda Jaya Jakarta. Dialah  petinju pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar juara OPBF kelas super terbang setelah mengalahkan dengan kemenangan angka mutlak  atas  petinju Korea Selatan, Hee Yun Chun, di Stadion Mun Hua. 

Ini adalah untuk kali pertama ada petinju Indonesia yang berhasil menjadi juara dunia dikandang lawan. "Saya ingin jadi juara dunia," kata Elly Pical seperti dilansir dari Harian KOMPAS terbitan Rabu (23/5/1984).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline