Lihat ke Halaman Asli

Potret Hitam Perdagangan Bebas

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Globalisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi seluruh Negara di dunia yang

secara definitif memiliki makna adanya sebuah proses menuju peningkatan hubungan

antara berbagai masyarakat di seluruh dunia. Jadi hubungan internasional yang

menjunjung nilai-nilai sosial demokratis, kesetaraan, kesamaan hak dan distribusi

kesejahteraan dalam upaya peningkatan taraf hidup sebagai wujud transformasi

masyarakat, itulah seharusnya yang menjadi orientasi ndalam laju gerbong globalisasi.

Namun kenyataan yang sangat paradoksal tumbuh seiring dengan kemunculan

perdagangan bebas (Free Trade) sebagai aspek parsial dalam globalisasi itu sendiri,

yang justru membawa semangat yang berbeda dan bertentangan dengan hakikat

globalisasi dimana orientasi utamanya adalah peningkatan kekuatan dan pengaruh

Negaranegara nmaju dunia melalui tangan-tangan korporasi transnasionalnya di seluruh

dunia dengan ideologi konsumerisme dan etos pembangunan yang ditekankan

sepenuhnya pada pengambilan keuntungan (akumulasi kapital).

Perdagangan bebas ini sejatinya hanyalah media Negara-negara ekonomi yang

tangguh ndalam memuluskan kepentingannya untuk memasarkan produk dalam

negerinya keseluruh penjuru dunia dengan tanpa batas, tanpa proteksi, tidak adanya

regulasi yang mengikat dan tanpa intervensi pemerintah sebuah Negara. Namun juga

harus diingat bahwa selain perdagangan barang dan jasa yang bebas keluar masuk

sebuah Negara serta investasi, tenaga kerja-pun nantinya juga menjadi bagian yang

akan meramaikan pasar local. Bayangkan nbagaimana jadinya kondisi mayoritas Negara

di dunia yang masih miskin dan berkembang termasuk Indonesia tanpa adanya campur

tangan pemerintah dalam menghadapi ancaman nperdagangan bebas ini. Bisa

dipastikan berbagai pilar ekonomi local akan mati, hilang dan ntersingkir dengan geliat

investasi asing dan membanjirnya komoditi luar, belum lagi bagaimana nharus

menyelamatkan SDM yang masih harus ditingkatkan kualitasnya ketika harus bersaing

dengan tenaga kerja luar yang tidak hanya menonjolkan kecerdasan namum juga good

nperformance. Mungkin bagi meraka yang memiliki budaya konsumtif dan mempunyai

kekuatan nmodal, perdagangan bebas ini menjadi surga yang indah. Tapi kita jangan

sampai terjebak ndengan jargon-jargon bahwa perdagangan bebas akan mampu

meningkatkan lapangan pekerjaan ataupun slogan pembangunan infrastrktur dalam

negeri, toh pada kenyataannya kita nhanya akan dijadikan pengemis di atas tanah

moyang kita, hanya akan menjadi orang asing ndalam rumah sendiri karena semua yang

berdiri megah di Indonesia nantinya bukannlah milik anak bangsa melainkan

penjilat penjilat benua biru (konstelasi Negara maju).

NB : http://fdkm.blogspot.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline