Globalisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi seluruh Negara di dunia yang
secara definitif memiliki makna adanya sebuah proses menuju peningkatan hubungan
antara berbagai masyarakat di seluruh dunia. Jadi hubungan internasional yang
menjunjung nilai-nilai sosial demokratis, kesetaraan, kesamaan hak dan distribusi
kesejahteraan dalam upaya peningkatan taraf hidup sebagai wujud transformasi
masyarakat, itulah seharusnya yang menjadi orientasi ndalam laju gerbong globalisasi.
Namun kenyataan yang sangat paradoksal tumbuh seiring dengan kemunculan
perdagangan bebas (Free Trade) sebagai aspek parsial dalam globalisasi itu sendiri,
yang justru membawa semangat yang berbeda dan bertentangan dengan hakikat
globalisasi dimana orientasi utamanya adalah peningkatan kekuatan dan pengaruh
Negaranegara nmaju dunia melalui tangan-tangan korporasi transnasionalnya di seluruh
dunia dengan ideologi konsumerisme dan etos pembangunan yang ditekankan
sepenuhnya pada pengambilan keuntungan (akumulasi kapital).
Perdagangan bebas ini sejatinya hanyalah media Negara-negara ekonomi yang
tangguh ndalam memuluskan kepentingannya untuk memasarkan produk dalam
negerinya keseluruh penjuru dunia dengan tanpa batas, tanpa proteksi, tidak adanya
regulasi yang mengikat dan tanpa intervensi pemerintah sebuah Negara. Namun juga
harus diingat bahwa selain perdagangan barang dan jasa yang bebas keluar masuk
sebuah Negara serta investasi, tenaga kerja-pun nantinya juga menjadi bagian yang
akan meramaikan pasar local. Bayangkan nbagaimana jadinya kondisi mayoritas Negara
di dunia yang masih miskin dan berkembang termasuk Indonesia tanpa adanya campur
tangan pemerintah dalam menghadapi ancaman nperdagangan bebas ini. Bisa
dipastikan berbagai pilar ekonomi local akan mati, hilang dan ntersingkir dengan geliat
investasi asing dan membanjirnya komoditi luar, belum lagi bagaimana nharus
menyelamatkan SDM yang masih harus ditingkatkan kualitasnya ketika harus bersaing
dengan tenaga kerja luar yang tidak hanya menonjolkan kecerdasan namum juga good
nperformance. Mungkin bagi meraka yang memiliki budaya konsumtif dan mempunyai
kekuatan nmodal, perdagangan bebas ini menjadi surga yang indah. Tapi kita jangan
sampai terjebak ndengan jargon-jargon bahwa perdagangan bebas akan mampu
meningkatkan lapangan pekerjaan ataupun slogan pembangunan infrastrktur dalam
negeri, toh pada kenyataannya kita nhanya akan dijadikan pengemis di atas tanah
moyang kita, hanya akan menjadi orang asing ndalam rumah sendiri karena semua yang
berdiri megah di Indonesia nantinya bukannlah milik anak bangsa melainkan
penjilat penjilat benua biru (konstelasi Negara maju).
NB : http://fdkm.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H