1. Analisis terhadap jurnal
Setiap tahun di wonogiri terjadi pernikahan sebanyak 10.000-11.000. dan angka perceraian 8-9 persen. Peran kua sangat penting untuk pasangan yang akan menikah diberikan pemahaman tentang arti dari pernikahan itu sendiri sehingga nantinya angka perceraian dapat ditekan serta angka keluarga bahagia semakin tinggi.
Dalam masyarakat wonogiri terdapat budaya dalam salah satu anggota keluarga merantau ke daerah yang ekonominya lebih besar atau menjadi tenaga kerja asing. Inilah yang menjadi banyaknya kasus perceraian karena banyak keluarga mereka ditinggal merantau tetapi tidak di nafkah selama berbulan bulan atau jika balik ke kampung halaman terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam sebuah bahtera rumah tangga tidak mungkin tidak ada masalah yang terjadi. Namun bila terjadi masalah maka sebagai kepala keluarga untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin dan tidak melampiaskan emosinya kepada anggota keluarga. Ini dilakukan agar semua anggota keluarga mendapatkan ketentraman batin selama dalam rumah tangga.
Dan pada akhirnya pemerintah dan keluarga harus saling bersinggungan agar dapat terjadinya iklim atau kondisi yang diinginkan. Segala program kau yang sudah terealisasi seharusnya dapat memberikan pengaruh terhadap calon pengantin yang akan menikah dan seharusnya pengadilan agama dapat memberikan ruang bagi pasangan yang akan bercerai untuk berdamai dengan dibantu pengadilan agama terdapat kemungkinan untuk tidak terjadinya perceraian sehingga percerain bisa menurun.
2. Faktor-faktor penyebab percerain diantaranya:
a. Komunikasi yang buruk: Komunikasi yang buruk dapat mencakup tidak adanya pembicaraan yang terbuka dan jujur, kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, atau kurangnya kemampuan untuk mendengarkan dengan empati, ini bisa membuat pasangan merasa tidak dipahami atau diabaikan, menyebabkan frustrasi dan ketegangan dalam hubungan.
b. Kesetiaan yang terganggu: Perselingkuhan adalah bentuk pelanggaran kesetiaan yang sering kali menjadi pemicu perceraian. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dan membangun rasa sakit yang mendalam di antara pasangan.
c. Masalah keuangan: Konflik keuangan dapat muncul dari perbedaan dalam kebiasaan pengeluaran, prioritas keuangan yang berbeda, hutang yang tidak terbayar, atau ketidakmampuan untuk mengelola keuangan secara bersama- sama. Masalah ini dapat menimbulkan ketegangan dan konflik yang serius dalam hubungan.
d. Perbedaan nilai dan tujuan hidup: Perbedaan dalam nilai-nilai fundamental seperti agama, politik, atau pandangan tentang keluarga dapat menciptakan ketidakcocokan antara pasangan. Jika pasangan tidak dapat mencapai kesepakatan atau menghormati perbedaan tersebut, hubungan dapat menjadi tegang dan tidak seimbang. Konflik dalam keluarga dan teman: Masalah dengan keluarga
e. atau teman dapat mempengaruhi hubungan secara negatif, terutama jika pasangan tidak mendukung satu sama lain dalam menangani masalah tersebut. Konflik dengan orang terdekat dapat menambah tekanan pada hubungan dan menyebabkan pertengkaran yang lebih sering.