Lihat ke Halaman Asli

Galih AnggiVadia

Profesi saya Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Penemuan Burung Beku Bertanduk Berusia 46.000 Tahun di Siberia

Diperbarui: 16 Maret 2023   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada tahun 2018, para ilmuwan menemukan spesimen burung beku yang terawetkan dengan baik, lengkap dengan tanduk dan bulu-bulu halus, di dataran tinggi Siberia. Penemuan ini merupakan salah satu spesimen burung tertua yang pernah ditemukan.

Penemuan ini menunjukkan bahwa burung beku telah ada di wilayah tersebut selama puluhan ribu tahun, dan dapat memberikan informasi yang berharga tentang perubahan lingkungan dan evolusi spesies burung beku. Selain itu, spesimen tersebut juga memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknik pengawetan alami yang terjadi di lingkungan beku Siberia.

Penemuan burung beku bertanduk tersebut disebut juga sebagai spesimen burung beku berusia tertua yang terawetkan dengan baik di dunia. Penemuan ini dilaporkan dalam jurnal ilmiah Biology Letters pada Maret 2020.

Spesimen burung beku yang ditemukan tersebut diperkirakan berusia sekitar 46.000 tahun dan merupakan spesies burung beku yang telah punah, yaitu burung beku bertanduk (Buceros cf. bogaslovi). Burung beku bertanduk adalah spesies burung beku yang dulunya hidup di wilayah Siberia dan Asia Tenggara.

Spesimen burung beku tersebut ditemukan dalam keadaan utuh dan terawetkan dengan baik di permafrost Siberia. Selain tanduk dan bulu, spesimen burung beku tersebut juga memiliki sayap, kaki, dan paruh yang utuh. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari lebih lanjut tentang morfologi, anatomi, dan perilaku burung beku pada masa lalu.

Penemuan ini penting karena memberikan informasi tentang sejarah evolusi burung beku dan lingkungan hidup pada masa lalu. Selain itu, penemuan ini juga dapat membantu para ilmuwan untuk memahami perubahan lingkungan yang terjadi di Siberia selama ribuan tahun terakhir. Penemuan spesimen burung beku ini juga menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan upaya-upaya untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies-spesies burung di masa depan.

Salah satu hal menarik tentang penemuan ini adalah bahwa spesimen burung beku bertanduk tersebut terawetkan dengan baik di permafrost Siberia. Permafrost adalah lapisan tanah yang beku secara permanen, yang ditemukan di wilayah-wilayah utara yang sangat dingin seperti Siberia. Ketika organisme mati dan terkubur di permafrost, kondisi beku dapat memperlambat atau menghentikan proses pembusukan, sehingga organisme tersebut dapat terawetkan dengan baik selama ribuan tahun.

Penemuan burung beku bertanduk ini juga memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari teknik pengawetan alami yang terjadi di lingkungan beku Siberia. Studi tersebut dapat membantu pengembangan teknik pengawetan baru untuk spesies yang terancam punah atau bahkan untuk memperpanjang masa simpanan bahan makanan, obat-obatan, dan organ tubuh manusia.

Selain itu, penemuan spesimen burung beku bertanduk ini juga memperkuat pentingnya konservasi lingkungan dan perlindungan keanekaragaman hayati di wilayah-wilayah terpencil seperti Siberia. Dengan memahami sejarah dan evolusi spesies-spesies yang telah punah, para ilmuwan dapat belajar tentang peran spesies tersebut dalam ekosistem dan membantu mencegah kepunahan spesies yang masih ada.

Penemuan burung beku bertanduk berusia 46.000 tahun ini juga menunjukkan betapa pentingnya penelitian ilmiah dan eksplorasi untuk memahami sejarah alam dan evolusi kehidupan di planet kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline