Lihat ke Halaman Asli

Tren Positif, Demam Bersepeda di Tengah Wabah

Diperbarui: 10 November 2020   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atletik. Sumber ilustrasi: PEXELS/Andrea Piacquadio

Ponorogo, Masa pandemi yang tengah dirasakan masyarakat di Indonesia telah menghasilkan beberapa dampak sosial. Era New Normal atau kenormalan baru menghasilkan sesuatu yang kadang-kadang terkesan unik. Salah satunya adalah bersepeda. Mungkin frasa yang cukup bisa mewakili realitas itu adalah "demam", yang jika dikaitkan dengan apa yang sedang terjadi bisa dibilang sebagai "demam sepeda".

Tentu saja, karena demam sepeda ini berdampak positif, maka saya berharap pasca demam ini hilang, terjadilah kebiasaan. Dari kebiasaan ini kita sebenarnya sedang menabung tonggak budaya. Sedangkan jika mengacu kepada indikator sosial-medis, bersepeda jelas menyehatkan. Apapun motif awal membeli dan menggunakannya. Apalagi jika digunakan secara teratur, tersistem, dan berkelanjutan.

Sudah tidak asing lagi rasanya akhir-akhir ini melihat pemandangan orang bersepeda yang kini sudah tidak bisa lagi dihitung dengan jari. Kalaupun bisa juga harus minjem jari orang. Tren gowes bahkan kini mulai sebanding dengan abang Gojek dan Grab sebagai penguasa aspal jalanan. Olahraga yang dulu kerap dicap sebagai ajang adu gengsi kini mulai merambah masyarakat biasa. Hal itu juga mengakibatkan keuntungan bagi penjual sepeda karena dengan banyaknya orang bersepedah maka stok sepedah semakin terbatas dan harga sepedah melonjak tinggi, betapa tidak harga sepeda yang sebelumnya 2 juta sekarang bisa mencapai 3 juta karena efek dari musim demam sepedah di musim pandemi saat ini. Selain toko sepeda, bengkel-bengkel sepeda juga mendapatkan banyak berkah di tengah maraknya kegiatan bersepeda. Bengkel sepeda menjadi sasaran para pesepeda yang ingin kembali aktif dan mengganti sejumlah part demi kenyamanan.

Masyarakat yang bersepedah pun universal mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Menurut opini saya bersepedah sangatlah baik untuk kesehatan, apalagi ditengah pandemi saat ini bisa untuk menambah daya tahan tubuh semakin kuat dan akan minim beresiko terkena penyakit. Selain hal tersebut kegiatan bersepedah dapat mengurangi populasi udara yang ada di jalanan, Bagaimana tidak semakin banyaknya orang yang bersepedah maka kendaraan berbahan bakar akan berkurang dan itu menyebabkan berkurangnya pencemaran udara.

Tetapi ada beberapa masalah juga banyak pesepeda pemula di Ponorogo yang seenaknya saja dalam berkendara. Contohnya seperti bersepedah yang bersandingan (sejajar 2) contoh seperti itu saya sering menjumpai di jalan raya pesepedah tersebut berkendara dengan sejajar hal itu sangat merugikan pengendara lain, karena jalan yang seharusnya dibagi dua jalur menjadi terpenuhi oleh pesepedah itu. Dan satu lagi adalah Melanggar lampu lalu lintas, pesepedah yang melanggar lalu lintas tidak hanya merugikan pengendara lain tapi bisa membahayakan nyawa nya sendiri. Harapan saya permasalahan seperti itu tidak ter ulang kembali dan tidak ada lagi pesepedah yang bersepedah seenaknya (merugikan pengendara lain), dan mudah-mudahan demam sepedah ini bisa menjadi kebiaasan yang terus dibudayakan dan berkelanjutan bagi masyarakat Ponorogo dan tidak merasa malu jika berkendara menggunakan sepedah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline