Lihat ke Halaman Asli

Galih AnandaHartono

Penulis Biasa

Sosialisasi Panel Surya sebagai Pembangkit Listrik Alternatif di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik

Diperbarui: 12 Agustus 2021   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

 

EDUKASI - Mahasiswa TIM KKN II UNDIP 2021 memberikan edukasi dan sosialisasi terkait panel surya sebagai penghasil listrik alternative yang ramah lingkungan. 

SEMARANG (09/08/2021)- Mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro Tahun 2021 melaksanakan kegiatan KKN dengan tema “Sinergi Perguruan Tinggi Dengan Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGD’S) Melalui Kegiatan Kuliah Kerja Nyata”. 

KKN ini dilaksanakan selama 40 hari terhitung mulai tanggal 30 Juni 2021 sampai tanggal 12 Agustus 2021, dengan kebanyakan kegiatan dilaksanakan secara online karena menindak lanjuti terkait kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seiringnya dengan peningkatan pasien positif Covid-19 varian delta.

Selama Pandemi berlangsung banyak masyarakat yang melakukan kegiatan di rumah atau yang bisa kita kenal sebagai work from home (WFH). Kegiatan yang dominan dilakukan di rumah ini tentunya membuat biaya listrik semakin meningkat jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi awal kepada masyarakat terkait dengan alternatif penghasil listrik untuk meminimalisasi biaya pemakaian listrik PLN setiap bulannya.

Salah satu alternative pemghasil listrik yang juga ramah lingkungan adalah panel surya. Panel surya. Panel surya adalah alat yang dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Panel surya sendiri tersusun atas sel surya yang merupakan elemen semikonduktor (biasanya silicon). Elemen semikonduktor inilah yang mengonversi energi surya menjadi energi mekanik.

Pada umumnya panel surya yang ada di pasaran ada dua jenis yaitu monokristalin dan polikristalin. Monikristalin dibuat dengan menggunakan bahan kristal silicon murni sedangkan polikristalin memiliki campuran bahan lain disamping kristal silikon yang digunakan. Monokristalin memiliki efisiensi yang lebih tinggi (≥20%) jika dibandingkan dengan polikristalin (15-17%). Walaupun demikian, monokristalin memiliki harga yang lebih mahal dari polikristalin karena pada proses pembuatannya memakan biaya yang lebih besar.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, energi matahari merupakan energi yang sangat melimpah. Untuk Indonesia sendiri, karena berada di sekitar garis khatulistiwa, Intensitas matahari rata – rata yang didapatkan relative tinggi yaitu sebesar 4,5 kWh/m2. Sederhananya, untuk luas satu meter persegi energi kita bisa memperoleh energi surya sebesar 4.5 kWh. Cukup besar, bukan?

Kelebihan panel surya

  • Memanfaatkan energi matahari yang merupakan energi paling berlimpah di muka bumi
  • Ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi gas rumah kaca
  • Masa pakainya yang cukup lama ( ± 20 tahun)

Kekurangan panel surya

  • Efisiensinya (± 20%) yang masih tergolong rendah sehingga perlu lebih ditingkatkan
  • Harganya pembeliannya yang masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan akumulasi biaya penggunaan listrik secara konvensional pada jangka waktu tertentu.
  • Standar operasi engolahan limbah yang belum jelas pasca habisnya masa pakai.

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline