Lihat ke Halaman Asli

Galih Nenudiwa

Undergraduate student of Computer Science, IPB University

Kompos Celup, Inovasi Pengolahan Limbah Kotoran Sapi oleh Mahasiswa KKN-T IPB Desa Cisantana, Kuningan

Diperbarui: 29 Juli 2022   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Mahasiswa KKN-T IPB  di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat telah melaksanakan penyuluhan mengenai penanganan pengolahan limbah kotoran hewan melalui pembuatan compost tea atau bisa juga disebut kompos celup, (20/7). Penyuluhan ditujukan kepada para petani dan peternak di daerah Lamping Kidang, suatu kawasan wisata terpadu di bawah binaan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Populasi ternak sapi di Desa Cisantana cukup banyak, sehingga sektor peternakan menjadi salah satu potensi yang cukup baik untuk dikembangkan. Namun, terlepas dari hal itu, terdapat permasalahan yang menjadi perhatian masyarakat dan juga pemerintah desa sejak lama, yaitu adanya pencemaran limbah kotoran hewan (kohe) sapi. "Kohe yang dihasilkan oleh tiap ekor sapi berkisar 17kg per harinya, sementara masyarakat seringkali tidak mengolah limbah kohe dan membuangnya ke aliran air (sungai)", ujar Ano Suratno, Kepala Desa Cisantana.

Limbah kohe yang masuk ke aliran sungai tentunya akan menyebabkan sungai tercemar, warna air sungai berubah menjadi hijau kecoklatan dan berbau tidak sedap. Air sungai yang tercemar mengganggu aktivitas masyarakat desa lain yang berada di hilir sungai, seperti Desa Pajambon.

"Sejauh ini pengolahan kohe sapi hanya dilakukan di daerah Lamping Kidang, dimana kohe dikeringkan dan diolah menjadi kompos", lanjut Ano.

Berawal dari permasalahan yang ada, Mahasiswa KKN-T IPB berupaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan membuat inovasi Kompos Celup. Kompos Celup merupakan pupuk organik cair yang dihasilkan dengan cara merendam kompos padat dalam air. Air rendaman tersebut akan dicampur dengan molase tetes tebu dan EM4. Air rendaman yang telah dicampur inilah yang nantinya bisa menjadi pupuk yang bisa digunakan di tanaman pekarangan. Menariknya adalah kompos dari pengolahan kotoran hewan sapi ini dikemas dan dapat dijual juga.

dokpri

Sosialisasi kompos celup ini dimulai di daerah Lamping Kidang, untuk para peternak dan petani. Lamping Kidang dipilih karena sudah tersedia tempat pengolahan limbah kohe manjadi kompos kering (padat), sehinga diharapkan masyarakat di sana bisa melanjutkan dengan pembuatan kompos celup ini. Dalam penyuluhan, mahasiswa KKN-T IPB menyampaikan materi mengenai cara membuat kompos celup dalam bentuk kemasan.

"Kotoran hewan sapi yang sudah proses fermentasi dan pengeringan dimasukkan ke dalam kantong teh celup berukuran 12x16 cm hingga penuh (200 gr). Bentuknya akan seperti teh yang biasa kita nikmati setiap hari tetapi dengan ukuran yang lebih besar. Beberapa kantong kompos celup yang telah dibuat lalu dimasukkan ke dalam standing pouch. Jadi deh kompos celup" jelas Miguel Jabary, ketua dari kelompok 7 mahasiswa KKN-T IPB di Desa Cisantana.

dokpri

Penggunaan kompos celup ini juga memiliki takaran tertentu, "Dalam meracik isi kompos celup memerlukan 200 gram kotoran hewan. Sementara itu, pembuatan poc menggunakan takaran 2 kantung untuk 2 liter air dengan tambahan masing-masing 2 sendok makan molase dan EM4. Untuk bahan EM4 ini optional, boleh ditambahkan atau tidak. Nah, hasil dari racikan tersebut berupa pekatan sehingga dalam pemakaiannya perlu dilarutkan ke dalam air dengan perbandingan 1:10 atau 100 ml pekatan untuk 1 liter air," lanjut Miguel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline