Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau, lautan, serta daratan yang menjadikan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam.
Salah satunya di Jember, terdapat beberapa kawasan pantai dan laut di beberapa pusat daerahnya, menjadikan masyarakat sekitar harus mandiri untuk bisa mengelola sumber daya alam daerahnya. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Misyawati, salah satu penduduk yang bertempat tinggal di tepi pantai payangan, karena kemauannya untuk mengelola sumber daya alam di sekitarnya.
Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh Ibu Misyawati dilakukan melalui usaha UMKM warung ikan bakar yang diberi nama "Warung Bakar Adifa". Warung bakar Adifa ini berdiri sejak tahun 2016 sampai saat ini. Alasan warung ini dinamakan "Adifa" karena "Adifa" adalah singkatan dari 3 nama anak pemilik usaha tersebut, yaitu Anis, Dila, dan Faiq. Warung ini merupakan usaha yang dibangun bersamaan dengan adanya wisata teluk love.
Seiring berjalannya waktu, warung Adifa ini memiliki kemajuan yang dahulu hanya buka dan berjualan di bagian depan pesisir serta hanya bertempatkan tenda kemudian saat ini berubah menjadi sebuah rumah makan dan juga buka serta berjualan di bagian belakang pesisir, tepatnya pada seberang jalan. Penggunaan lahan yang ditempati warung Adifa diperuntukkan khusus warga lokal saja tanpa diminta sewa lahan dan pajak.
Namun, pemilik warung tetap mengeluarkan dana pribadi sebesar kurang lebih Rp. 10.000.000 untuk merenovasi bangunan yang sudah disediakan. Bahan baku yang dimiliki dari warung Adifa asli berasal dari hasil kekayaan dan potensi laut yang berada di Desa Payangan. Pemilik usaha akan mengambil ikan-ikan tangkapan hasil laut tersebut melalui pengepul ikan. Ikan yang diperjualkan juga beragam, mulai dari kerapu, udang, kepiting, cumi, lobster, gurita, kakap, bawal, kakak tua, dan mericoan.
Awal mula proses produksi warung Adifa ini, pemilik mengambil ikan pada masyarakat nelayan sekitar yang disebut dengan pengepul di daerah sekitar watu ulo dan nelayan di sekitar pantai payangan.
Biasanya pemilik warung Adifa memilih jenis ikan seperti kerapu, kakap, kakak tua, bawal, putian, mericoan, dll. Kemudian ikan yang sudah diambil dibawa ke warung makan untuk di olah. Pengolahan ikan segar menjadi ikan bakar melalui beberapa proses, diantaranya yang pertama ikan segar di buang sisiknya terlebih dahulu.
Kedua, ikan dicuci dan dilumuri jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis. Ketiga, ikan dibelah dengan tujuan agar dapat matang dengan sempurna dan bumbu meresap sampai kedalam. Keempat, ikan dibumbui kemudian dibakar hingga setengah matang. Kelima, ikan dibumbui untuk yang kedua kali supaya lebih meresap lalu dibakar lagi hingga matang dan ikan siap untuk disajikan.
Adanya UMKM ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga pemilik UMKM tersebut. Sehingga hasil dari usaha ini dapat digunakan untuk membantu kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat membantu orang-orang sekitarnya. Pendapatan perekonomian adanya UMKM Warung Bakar Adifa pada saat hari-hari biasa memperoleh omset sebesar Rp.500.000-600.000. Sedangkan, di hari-hari tertentu seperti hari raya, tahun baru, liburan semester dan perayaan lainnya, omset meningkat 6 kali lipat dari biasanya, yaitu sebesar Rp.3.000.000.
Dalam berjalannya UMKM ini, tentunya juga terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pemilik warung. Kendala-kendala yang dialami dalam menjalankan usaha Warung Ikan Bakar Adifa ini yaitu seperti sepinya pengunjung ketika hari aktif seperti (Senin-jumat). hal ini diakrenakan, ketika hari aktif sebagian besar pengunjung pasti bekerja dan mereka biasanya mengunjungi pantai payangan hanya di hari libur seperti sabtu dan minggu.