Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Kelompok Difabel Mencukupi Kebutuhan Hidup Berbekal Potensi

Diperbarui: 20 November 2022   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Potensi merupakan kemampuan yang harus digali dan kembangkan pada diri setiap orang. Potensi sangat bermanfaat karena tidak hanya sebagai unjuk kemampuan tetapi juga sumber penghasilan. Potensi sebagai bekal dalam memenuhi kebutuhan hidup juga dilakukan oleh kelompok difabel, salah satunya ialah Bapak Eko Puji Purwanto (44) seorang tuna daksa yang memiliki potensi pada bidang komputer. Potensi ini terlihat sejak beliau mengikuti ekstrakurikuler komputer di bangku SMA. Walaupun mengalami keterbatasan ekonomi dalam membeli komputer pribadi, bukan menjadi penghalang untuk mengasah potensinya. Beliau menyewa komputer di warnet sekitar hingga meminjam komputer teman untuk dapat terus mengoperasikan komputer. Tidak berhenti disitu saja, Bapak Eko memilih untuk mempelajari komputer secara otodidak melalui tutorial Youtube dan mengandalkan program pelatihan gratis yang sesekali diadakan oleh pemerintah. Walau hingga saat ini tidak memiliki komputer, semangat untuk terus mengasah potensinya tidak pernah padam.

Melalui beberapa usaha yang dilakukan Bapak Eko dalam menekuni potensinya dibidang komputer, kesempatan kerja mulai terbuka, "Karena saya pengen punya kemampuan dan keterampilan yang bisa membuka peluang kerja saya sendiri" tutur Bapak Eko. Kesempatan ini berhasil diperoleh dengan diterimanya sebagai guru honorer bagian administrasi di SDN Kebon Agung 01, Jember. Penghasilan awal beliau sebesar 50.000 pada tahun 2006. Dengan kondisi yang sudah berkeluarga, gaji tersebut masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga istri Bapak Eko ikut membantu untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan membuka usaha bordir, memberi pelatihan bordir, dan menjual kue opak gulung. Saat ini beliau sudah bekerja selama 16 tahun sebagai guru honorer bagian administrasi di SDN Kebon Agung 01, Jember. Selama di tempat kerja, tidak memiliki hambatan karena rekan kerja yang lain juga mendukung beliau.

Dalam menaikkan status pekerjaan yang Bapak Eko lakukan tidak selalu berjalan mulus. Seperti pada tahun 2007, beliau pernah mencoba ikut seleksi CPNS. Namun, berkas-berkas yang sudah dikirimnya menjadi sia-sia. Hal tersebut dikarenakan penjaga tempat seleksi menolak keikutsertaan Bapak Eko dalam tes CPNS dengan dalih keterbatasan fisik yang beliau miliki. Padahal tidak ada peraturan yang secara spesifik menyebutkan penyandang difabel tidak boleh mengikuti tes CPNS, tetapi hal ini justru berbuah ketidakadilan.

Peran pemerintah dalam pemberian kesempatan kepada Bapak Eko sangat diperlukan, seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul "Sosiologi Suatu Pengantar" menjelaskan tentang adanya teori peran (role). Dimana yang dimaksud adalah sebuah peran yang berkaitan hak dan kewajiban yang perlu dijalankan menurut kedudukannya. Hak dan kewajiban merupakan sebuah komponen kongkret yang saling berkesinambungan, sehingga perannya akan melibatkan beberapa pihak. Penolakan yang dialami Bapak Eko menimbulkan sebuah kesenjangan sosial, dimana pemerintah atau lembaga tidak menjalankan perannya. Hal ini dapat dilihat bahwa penilaian utama pemerintah dalam tes CPNS hanya kesempurnaan fisik tanpa memperhatikan skill dan potensi.

Bapak Eko menaruh harapan yang besar kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan, perlu adanya pengkajian ulang terkait kebijakan yang dibuat apalagi berkaitan dengan para difabel, karena semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pekerjaan, "Kalau memungkinkan saya inginnya pemerintah memberikan bantuan komputer. Cuman untuk sekarang ini, saya ingin mereka lebih meningkatkan kesempatan kerja bagi para kelompok difabel" tutur Bapak Eko. Selain itu beliau juga berharap adanya bantuan komputer dari pemerintah. Bantuan komputer ini sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang belum sempat terselesaikan di tempat kerja, sehingga adanya komputer pribadi akan sangat membantu beliau.

Penulis :

Yeni Octavia

Rizqiya Millatal Haq

Muhammad Nadhif Fikri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline