Anak-anak Desa Sendangadi menunggu berbuka puasa/ngabuburit dengan kegiatan memancing. Gilang sebagai pemimpin sudah memanggil teman-temannya mengajak mancing di Depok. Sungai Depok merupakan titik pertemuan mata air dari kolam Sendangadi dan dari berbagai aliran air di Mulungan.
Gilang memiliki banyak teman yang sebayanya. Di antaranya Faruq, Cellin, Ajeng, Zulfi, Shava, Wening, Rizqy, Zahra, dan Wahib. Mereka selalu kompak memancing bersama di aliran sungai Sendangadi.
Wahib adalah anak yang rajin membawa cacing sendiri dari rumah. Dia membeli cacing merah dari toko pancing. Ia baik sekali. "Gilang ini pakai saja cacingnya, di rumah masih banyak, ibu selalu mengantar beli cacing pakai motor". Ucap Wahib.
Sementara itu, Faruq adalah berbadan gemuk yang suka memelihara ikan nila di akuarium. Setiap sore Faruq dan Wahib menghampiri teman-temannya bersama Gilang. Sepeti biasa Gilang memawa ember dan Pancing walesan berwarna kuning. Dia menceritakan kalau pancing itu ia dapatkan di Empang dekat perumahan elit Sendangadi.
Gilang yang baru berumur 9 tahun, sudah pandai memancing. Dibandingkan teman-temannya ia selalu mendapatkan hasil tangkapan yang jauh lebih banyak. Bakat alamnya sudah terlihat. "Abi pinjam jaringnya ya Bi" pungkas Gilang. Itu percakapan Gilang dengan tetangga rumah yang sering meminjami jaring untuk menangkap ikan. Jaring dipakai apabila mereka bosan dengan memancing.
Hasil tangkapan juga lebih banyak menjaring daripada memancing. Dengan lincah ia hentak-hentak kaki ke dasar aliran sungai. Ia sisir setiap tepi aliran yang banyak ditumbuhi tanaman air dan semak-semak. Ikan seperti nila dan udang suka sembunyi diantara remah-remah itu.
Ikan yang hidup di sungai ini cukup beragam. Ikan wader, ikan uceng, dan ikan nila paling banyak dijumpai disini. Ikan ini bisa digoreng kering atau dibuat rempeyek yang gurih.
Ramadan kali ini mereka lebih rajin pergi ke Depok untuk menangkap ikan. Sambil menunggu bedug magrib mereka asyik duduk-duduk sambil mata kail disambar ikan liar. Untuk memancing di sini cukup menggunakan mata kail yang paling kecil.
"Abi aku dapat ikan nila merah besar, si Gilang dapat ikan mujair Bi, masih ada satu lagi yang lepas" Tutur Wahib sambil mengembalikan Jaring. Jiwa sosial anak sini terhitung sudah lumayan baik. Mereka seringkali memberikan hasil tangkapan kepada Abi, karena sudah meminjamkan jaring kepada mereka.
Walaupun baju dan celana mereka basah, raut wajah mereka tetap bahagia. Ia seolah tidak sedang merasakan sedang berpuasa. Rasa senangnya menutupi rasa laparnya. Rata-rata anak sini sudah bisa puasa penuh. Namun ada juga yang tidak berpuasa karena tidak sahur. Beberapa juga ada yang puasa bedug alias makan saat adzan Dzuhur.
Mereka biasanya pulang lebih awal karena lagi berpuasa. Tempat memancing juga tidak jauh-jauh. Berbeda ketika sebelum puasa, mereka bisa sampai ke Sendangadi. Karena di sana banyak ikan besar-besar.