Tidak seperti PPP yang masalah konflik internalnya mencuat ke media, partai Golkar mampu meredam konflik-konflik yang ada di tubuh internal partai. Wajar sebenarnya bila didalam suatu partai terjadi konflik internal.Namanya juga berkaitan dengan politik yang selalu akan berujung pada kekuasaan dan buat mereka yang hanya ingin berkuasa sudah pasti tidak akan mengalah dengan siapapun dan bahkan menjadi tidak rasional dalam cara berpikirnya.
Pada tulisan sebelumnya ane membahas Golkar dimana menurut pendapat ane Koalisi yang akan dibangun oleh Golkar adalah Koalisi Setengah Hati.Mengapa setengah hati, karena siapapun yang bersedia diajak berkoalisi oleh Golkar akan berpikir dua kali dan bertanya apa keuntungan bagi partainya bila berkoalisi dengan Golkar. Golkar sejak setahun terakhir sudah jelas-jelas mencapreskan ARB yang elektabilitasnyamasih dibawah 2 digit. Itu artinya kemungkinan besar Capres ARB akan kalah bertarung pada Pilpres nanti. Jadi untuk apa berkoalisi dengan Golkar?
Hampir 3 minggu sudah berlalu sejak Pemilu Legislatif tanggal 9 April kemarin.Dan berbekal dangan perhitungan quick count yang dilakukan berbagai lembaga survey tentu setiap partai sudah tahu seberapa besar kekuatan partainya dan seberapa besar kekuatan partai lain.Seharusnya partai-partai yang ingin mengajukan Capresnya bertarung di pilpres nanti segera mencari dukungan koalisi untuk memuluskan langkahnya kesana. Angka presidential threshold sebesar 25 persen dari suara nasional menjadi prasyarat KPU untuk capres yang akan bertanding nanti.
Golkar yang hanya memiliki suara 14 persen harus mencari dukungan 11 persen suara lagi. Sayangnya setelah hampir 3 minggu berlalu tak ada satupun partai yang bersedia berkoalisi dengan Golkar.
Pada tanggal 26 April kemarin sempat ada kabar dari kubu Golkar bahwa Golkar sudah hampir pasti berkoalisi dengan PKS dan Hanura. Mendengar kabar tersebut ane merasa wajar karena PKS adalah partai yang kurang laku dimata partai lain karena beberapa sebab. Mungkin pembaca sudah tahu sendiri apa pendapat masyarakat tentang PKS.
Tetapi ternyata sehari sesudahnya dari kubu PKS mengatakan mereka lebih suka berkoalisi dengan Gerindra. Alasannya adalah dari Gerindra melakukan permintaan dukungan secara resmi dengan melalui surat yang dikirimkan ke PKS, sedangkan Golkar baru mengajak koalisi secara lisan.
Wah kacau nih. Berarti koalisi Golkar yang dikatakan kemarin oleh kubu Golkar itu belum pasti.
Ini sebenarnya cukup mengejutkan karena oleh partai yang kurang laku sekalipun, Golkar tidak diminati apalagi oleh partai-partai yang potensial seperti PKB, PAN dan PPP. Golkar sendiri adalah partai yang matang didunia politik tanah air. Golkar selalu mampu menempatkan dirinya secara strategis dalam 40 tahun terakhir. Semua orang salut dengan Golkar dan semua partai segan terhadap partai ini.
Setiap partai mungkin berpikir bahwa dengan kemampuan para politisi handal Golkar tidak ada ruginya berkoalisi dengan Golkar. Akan ada hubungan yang saling menguntungkan. Akan tetapi bila diajak berkoalisi oleh Golkar untuk mendukung ARB bertarung di pilpres bulan Juli nanti sepertinya semua partai akan membalikkan punggungnya. Terlalu kecil peluangnya untuk menang dan buang-buang waktu dan tenaga saja.
Oleh sebab itu sudah banyak pakar politik yang menggunakan idiom, Golkar Yess, ARB No. yang artinya banyak partai politik akan bersedia berkoalisi dengan Golkar tetapi tidak bersedia untuk mendukung ARB menjadi Capres yang akan bertarung nanti.
Gambaran seperti ini memang sudah setahun terakhir diprediksi oleh beberapa tokoh Golkar dan mereka bersuara untuk itu dan meminta DPP Golkar mengevaluasi kembali pencapresan ARB oleh Golkar. Bahkan beberapa tokoh senior sudah agak keras berbicara.
Tetapi nyatanya DPP Golkar tidak bergeming. Dan pada acara Rapat Koordinasi Tertutup yang dihadiri perwakilan 33 DPD tingkat I dan DPD tingkat II tetap memutuskan Pencapresan ARB Sudah Final dan tidak bisa diganggu gugat. Yang agak menggelikan adalah Rapat koordinasi tersebut diselenggarakan di rumah kediaman ARB. Dalam hati ane bertanya, ini rapat partai atau rapat keluarga ya?Kok dirumah ARB? Memangnya Golkar tidak punya kantor yang punya fasilitas rapat? Mengapa harus tertutup dan tertutup bagi siapa saja? hehehe..
Dan akhirnya kita semua hanya ingin tahu saja, ada tidak partai yang mau mendekat ke partai Golkar dan bersedia dengan tidak setengah hati untuk mendukung ARB menjadi Capres nanti?
Sedikit saran saja buat Golkar, nanti kalau sampai tanggal 18 Mei belum ada partai yang mau mendekat, mendingan dekat-dekat sama Demokrat saja deh. Siapa tahu Demokrat bersedia menjadikan ARB sebagai menteri di cabinet Demokrat seandainya mereka bisa menang. Tapi kalau meminta untuk dijadikan Capres ataupun Cawapres rasanya tidak mungkin deh karena mereka sudah punya orang untuk itu.
Salam Blogger
Sumber,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H