[caption id="" align="alignnone" width="360" caption="Naheed Nenshi"][/caption]
Naheed Nenshi adalah seorang Muslim kelahiran Toronto dengan orangtua keturunan India yang berimigrasi ke Kanada dari Tanzania. Namun latar belakangnya yang Muslim tak mempengaruhi warga Calgary, yang mayoritas penduduknya non-muslim, untuk tetap memilihnya sebagai Walikota.
Di Jakarta, ketika putaran 1 Pilkada berlangsung, semuanya tampak biasa saja, karena dengan dukungan data survey polling, incumbent sangat yakin dapat memenangi dengan satu putaran. Keadaan berubah drastis ketika ternyata pasangan Jokowi-Ahok yang tadinya diprediksi akan meraup tidak lebih dari 20% suara ternyata memimpin perolehan suara dengan 43%. Angka yang sangat mirip dengan perolehan Naheed Nenshi di Calgary, yang mengantarnya menjadi walikota Calgary. Sementara pasangan incumbent Foke-Nara yang diprediksi melampaui angka 50%, bertengger diurutan ke 2 dengan 32% suara, mirip dengan perolehan suara Ric McIver di Calgary yang legowo menjadi runner up.
Dalam menghadapi head-to-head putaran ke 2, entah kenapa bukannya adu program 5 tahun kedepan melainkan issue Sara dan berita tentang rekam jejak Jokowi di Solo yang mengemuka. Terkesan sekali Foke-Nara memang tak punya program kerja yang jelas untuk mengoreksi kegagalannya, dan hanya menunjukkan nafsu besar untuk meraih kekuasaan. Satu per satu pemuka agama dan parpol besar dirangkulnya yang semakin menunjukkan sifatnya yang haus kekuasaan, bukan memperhatikan kepentingan rakyat. Padahal rakyat sudah belajar banyak selama 8 tahun terakhir ini, apa yang akan terjadi kalau penguasa berkoalisi berbagi kueh kekuasaan dengan banyak parpol. Kuehnya hampir tak tersisa untuk rakyat karena digerogoti hantu korupsi dengan motif dan dalih apa saja.
Sementara itu rakyat pemilih dan relawan yang pada putaran 1 sudah banyak yang memahami program kerja Jokowi-Ahok yang jelas dan komunikatif , semakin banyak punya waktu untuk mendiskusikan dan menyebar luaskan program itu kepada para tetangga dan kerabatnya sambil menunggu digelarnya putaran 2. Itulah mengapa ketika pasangan Foke Nara sibuk menggalang dukungan dari mana mana termasuk selama bulan ramadhan, Jokowi-Ahok tenang tenang bekerja seperti biasa, karena sistem yang mereka bangun sudah berjalan otomatis tanpa henti merebakkan dukungan dikalangan rakyat pemilih disemua komunitas.
Warga Calgary tampaknya bersikap obyektif dengan memilih Naheed Nenshi karena pengalamannya pernah bertugas di Harvard dan McKinsey & Co, sebuah perusahaan konsultasi manajemen yang ternama, serta keterlibatannya dalam isu-isu sipil dan kelompok nonprofit. Ditambah lagi, dia juga menawarkan ide-idenya untuk mengembangkan kotanya.
Sejauh ini hal yang sama terjadi di Jakarta. Program untuk mengatasi kemacetan, banjir, kemiskinan dan pendidikan jauh lebih disambut dari pada sekedar issue sara dan koalisi parpol. Begitu juga rekam jejak masing masing pasangan sudah banyak dipahami apakah program mereka itu sekedar bualan atau sesuatu program yang realistis dan dapat dipercaya.
Yang pasti, seperti diulas di beberapa media, Naheed Nenshi tampil apa adanya, dengan mengandalkan kharisma dan selera humornya yang menyegarkan. Dia juga 'menjual' program yang realistis selama kepemimpinannya.
Tidak ayal lagi masyarakat Jakarta mempunya ketajaman analisis yang setara dengan masyarakat Calgary, walaupun keduanya tidak pernah bersentuhan. Common sense berlaku untuk Calgary, berlaku pula untuk Jakarta.
Dalam kampanyenya, Naheed Nenshi tidak memainkan isu-isu keragaman atau pun mendekatkan dirinya pada kontituen etnis tertentu. Dia minta untuk dilihat sebagai politikus, bukan etno-politikus. Dan isu-isu tersebut ternyata bisa diterima warga Calgary, salah satu kota terbesar di Kanada, yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam.
Jokowi-Ahok bahkan tidak minta dinilai dari latar belakang partai pendukungnya. Dalam sebuah acara Mata Najwa, Jokowi bahkan menyatakan belum siap disebut sebagai politisi. Ini tentu sikap merendah yang sangat bertolak belakang dengan lawannya yang begitu bangga dengan dukungan sejumlah parpol. Seolah ingin mengklaim suara elit parpol adalah suara seluruh konstituennya, walaupun semua tahu tidak selalu demikian. Sederhananya, karena konstituen parpol juga manusia, yang bias saja mempunyai preferensi berbeda. Apa lagi ini menyangkut langsung hidupnya 5 tahun kedepan. Dan sudah terpampang jelas didepan mata bagaimana perilaku elit parpol setelah berkuasa.
"Di Kanada dan khususnya di Calgary, ternyata sangat mungkin bagi siapa saja untuk melakukan dan menjadi apa pun, terlepas dari manapun Anda berasal," ujar Naheed Nenshi merendah. Seharusnya di Jakarta juga bisa. Dan alangkah bahagianya kalau sejak hari ini semua anak Jakarta, bahkan anak Indonesia dimanapun berada, bisa bicara seperti Naheed Nenshi di Calgary.
Naheed Nenshi lahir di Toronto, Kanada. Dia keturunan India, namun akar keluarganya ada di Tanzania. Pengangkatannya sebagai walikota yang beragama Islam adalah yang pertama bagi Kanada yang telah lama digembar-gemborkan sebagai negara liberal toleran dengan sejarah multikultural.
Naheed Nenshi adalah Muslim pertama yang dipilih untuk memimpin sebuah kota besar di Kanada yang mayoritas masyarakatnya bukan muslim .
Ahok pernah mengalaminya ketika menjadi Bupati di Bengkulu Timur yang 93% penduduknya muslim cenderung fundamentalis. Ternyata dalam masa pemerintahannya Ahok bahkan banyak memberangkatkan haji para guru ngaji dan madrasah, selain memajukan kemakmuran dan kecerdasan masyarakat disana. Programnya memberi jaminan kesehatan gratis bagi semua warga menjadi inspirasi banyak pihak, termasuk Pemerintah Pusat. Dan sepeninggalnya, komposisi masyarakat Bengkulu Timur secara agama masih tetap begitu juga sampai sekarang, ketika adik Ahok yang bernama Basuri sekarang terpilih menjabat menjadi Bupati disana.
Calgary, Belitung Timur dan Jakarta memberi pelajaran berharga, bagaimana masyarakat multi kultur, multi etnis dan multi religi bersatu hati membentuk sebuah bangsa, memajukan peradaban manusia.
[caption id="" align="alignnone" width="695" caption="Merancang Jakarta Baru"]
[/caption] related-links: http://bit.ly/O2UOCm - 18606 views ; http://bit.ly/Rs3r0Z - 815 views ref-links: http://bit.ly/Rb5rIG ; http://bit.ly/SGLIxN ; http://bit.ly/NW7gbm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H