Lihat ke Halaman Asli

Antara Calgary dan Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasheed Nenshi

[caption id="" align="alignnone" width="360" caption="Naheed Nenshi"][/caption]

Naheed Nenshi  adalah seorang  Muslim kelahiran Toronto dengan orangtua keturunan India yang berimigrasi ke Kanada dari Tanzania. Namun latar belakangnya yang Muslim tak mempengaruhi  warga Calgary, yang mayoritas penduduknya non-muslim,  untuk tetap memilihnya sebagai Walikota.

Di Jakarta, ketika putaran 1 Pilkada berlangsung, semuanya tampak biasa saja, karena dengan dukungan data survey polling, incumbent sangat yakin dapat memenangi dengan satu putaran. Keadaan berubah drastis ketika ternyata  pasangan Jokowi-Ahok yang tadinya diprediksi akan meraup tidak lebih dari 20% suara ternyata memimpin perolehan suara dengan 43%. Angka yang sangat mirip dengan perolehan Naheed Nenshi di Calgary, yang mengantarnya menjadi walikota Calgary. Sementara pasangan incumbent  Foke-Nara yang diprediksi melampaui angka 50%, bertengger diurutan ke 2 dengan 32% suara, mirip dengan perolehan suara Ric McIver di Calgary yang legowo menjadi runner up.

Dalam menghadapi head-to-head putaran ke 2, entah kenapa bukannya adu program 5 tahun kedepan melainkan issue Sara dan berita tentang rekam jejak Jokowi di Solo yang mengemuka. Terkesan sekali Foke-Nara memang tak punya program kerja yang jelas untuk mengoreksi kegagalannya, dan hanya menunjukkan nafsu besar untuk meraih kekuasaan. Satu per satu pemuka agama dan parpol besar dirangkulnya yang semakin menunjukkan sifatnya yang haus kekuasaan, bukan memperhatikan kepentingan rakyat. Padahal rakyat sudah belajar banyak selama 8 tahun terakhir ini, apa yang akan terjadi kalau penguasa berkoalisi berbagi kueh kekuasaan dengan banyak parpol. Kuehnya hampir tak tersisa untuk rakyat  karena digerogoti hantu korupsi dengan motif dan dalih apa saja.

Sementara itu rakyat pemilih dan relawan yang pada putaran 1 sudah banyak yang memahami program kerja  Jokowi-Ahok  yang  jelas dan komunikatif , semakin  banyak punya waktu untuk mendiskusikan dan menyebar luaskan program itu kepada para tetangga  dan kerabatnya sambil menunggu digelarnya putaran 2. Itulah mengapa ketika pasangan Foke Nara sibuk menggalang dukungan dari mana mana termasuk selama bulan ramadhan, Jokowi-Ahok tenang tenang  bekerja seperti biasa, karena sistem  yang mereka bangun sudah berjalan otomatis   tanpa henti merebakkan dukungan dikalangan rakyat pemilih disemua komunitas.

Warga Calgary tampaknya bersikap obyektif dengan memilih Naheed Nenshi karena pengalamannya pernah bertugas di Harvard dan McKinsey & Co, sebuah perusahaan konsultasi manajemen yang ternama, serta keterlibatannya dalam isu-isu sipil dan kelompok nonprofit. Ditambah lagi, dia juga menawarkan ide-idenya untuk mengembangkan kotanya.

Sejauh ini hal yang sama terjadi di Jakarta. Program untuk mengatasi  kemacetan, banjir, kemiskinan dan pendidikan jauh lebih disambut dari  pada sekedar issue sara dan koalisi parpol. Begitu juga rekam jejak masing masing pasangan sudah banyak dipahami apakah program mereka itu sekedar bualan atau sesuatu program yang realistis dan dapat dipercaya.

Yang pasti, seperti diulas di beberapa media, Naheed Nenshi tampil apa adanya, dengan mengandalkan kharisma dan selera humornya yang menyegarkan. Dia juga 'menjual' program yang realistis selama kepemimpinannya.

Tidak ayal lagi masyarakat Jakarta mempunya ketajaman analisis yang setara dengan masyarakat Calgary, walaupun keduanya tidak pernah bersentuhan. Common sense berlaku untuk Calgary, berlaku pula untuk Jakarta.

Dalam kampanyenya, Naheed Nenshi tidak memainkan isu-isu keragaman atau pun mendekatkan dirinya pada kontituen etnis tertentu. Dia minta untuk dilihat sebagai politikus, bukan etno-politikus. Dan isu-isu tersebut ternyata bisa diterima warga Calgary, salah satu kota terbesar di Kanada, yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam.

Jokowi-Ahok bahkan tidak minta dinilai dari latar belakang partai pendukungnya.  Dalam sebuah acara Mata Najwa, Jokowi bahkan menyatakan belum siap disebut sebagai politisi. Ini tentu sikap merendah yang sangat bertolak belakang dengan lawannya yang begitu bangga dengan dukungan sejumlah parpol. Seolah ingin mengklaim suara elit parpol adalah suara seluruh konstituennya, walaupun semua tahu tidak selalu demikian. Sederhananya, karena  konstituen parpol juga manusia, yang bias saja mempunyai preferensi berbeda. Apa lagi ini menyangkut langsung hidupnya 5 tahun kedepan. Dan sudah terpampang jelas didepan mata bagaimana perilaku elit parpol setelah berkuasa.

"Di Kanada dan khususnya di Calgary, ternyata sangat mungkin bagi siapa saja untuk melakukan dan menjadi apa pun, terlepas dari manapun Anda berasal," ujar Naheed Nenshi merendah. Seharusnya di Jakarta juga bisa. Dan alangkah bahagianya kalau sejak hari ini semua anak Jakarta, bahkan anak Indonesia dimanapun berada,  bisa bicara seperti Naheed Nenshi di Calgary.

Naheed Nenshi  lahir di Toronto, Kanada. Dia keturunan India, namun akar keluarganya ada di Tanzania. Pengangkatannya sebagai walikota  yang beragama Islam adalah yang pertama bagi Kanada yang telah lama digembar-gemborkan sebagai negara liberal toleran dengan sejarah multikultural.

Naheed Nenshi adalah Muslim pertama yang dipilih untuk memimpin sebuah kota besar di Kanada yang mayoritas masyarakatnya bukan muslim .

Ahok pernah mengalaminya ketika menjadi Bupati di  Bengkulu Timur yang 93% penduduknya muslim cenderung fundamentalis. Ternyata dalam masa pemerintahannya Ahok bahkan banyak memberangkatkan haji para guru ngaji dan madrasah, selain memajukan kemakmuran dan kecerdasan masyarakat disana. Programnya memberi jaminan kesehatan gratis bagi semua warga menjadi inspirasi banyak pihak, termasuk Pemerintah Pusat. Dan sepeninggalnya, komposisi masyarakat Bengkulu Timur secara agama masih tetap begitu juga sampai sekarang, ketika adik Ahok yang bernama Basuri sekarang terpilih menjabat menjadi Bupati disana.

Calgary, Belitung Timur dan Jakarta memberi pelajaran berharga, bagaimana masyarakat multi kultur, multi etnis dan multi religi bersatu hati membentuk sebuah bangsa, memajukan peradaban manusia.

[caption id="" align="alignnone" width="695" caption="Merancang Jakarta Baru"]

Merancang Jakarta Baru

[/caption] related-links: http://bit.ly/O2UOCm    - 18606 views ; http://bit.ly/Rs3r0Z      -  815  views ref-links:  http://bit.ly/Rb5rIG  ; http://bit.ly/SGLIxN  ;  http://bit.ly/NW7gbm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline