Lihat ke Halaman Asli

Alasan Menolak Rezim PDIP dan Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13968193931823843084

[caption id="attachment_318899" align="aligncenter" width="300" caption="Jokome bali.bisnis.com"][/caption]

Kalau kita mengungkit kesalahan rezim PDIP yang menjual kekayaan alam Indonesia dan aset-aset negara dengan harga murah. Para pendukungnya bilang. Lebih baik lelang-lelang daripada berhutang. Benarkah? Mari kita liahat data hutang Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2013.

Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun
Tahun 2001: Rp 1.273,18 triliun

Tahun 2002: Rp 1.225,15 triliun
Tahun 2003: Rp 1.232,5   triliun
Tahun 2004: Rp 1.299,5   triliun


Tahun 2005: Rp 1.313,5   triliun

Tahun 2006: Rp 1.302,16 triliun
Tahun 2007: Rp 1.389,41 triliun

Tahun 2008: Rp 1.636,74 triliun
Tahun 2009: Rp 1.590,66 triliun
Tahun 2010: Rp 1.676,15 triliun
Tahun 2011: Rp 1.803,49 triliun
Tahun 2012: Rp 1.975,42 triliun

Tahun 2013: Rp. 2.023,72 triliun

Tahun 2014: -

Dari data di atas khususnya tahun 2002-2004. Sangat jelas. Megawati jago ngutang juga. Selama masa kekuasaannya, setiap tahun tidak pernah berhenti nambah hutang.

Megawati dan pendukungnya juga mengatakan, kebijakan Megawati sudah tepat karena situasi sulit saat itu dan untuk menutupi devisit APBN. Ah... seandainya Megawati yang berkuasa sampai sekarang, habis Indonesia dijual karena yang namanya APBN pasti setiap tahun devisit.

Situasi sulit yang digambarkan Megawati juga tidak masuk akal. Habibie dan Gusdur saja yang masa pemerintahannya lebih dekat dengan puncak krisis Asia 1998 tidak sampai mengobral Indonesia. Atau SBY yang menghadapi krisis global 2008. Gak main lelang tuh kayak mbok yang satu ini.

Lebih parah lagi Megawati dan pendukungnya mencari kambing hitam untuk menutupi kesalahannya. SBY disalahkan karena tidak berhasil melakukan renegosiasi harga gas Tangguh yang dilelang Megawati ke Tiongkok.  Jadi nanti SBY boleh mengobral Indonesia selanjutnya menyalahkan presiden berikutnya jika tidak bisa renegosiasi gitu? Ada-ada saja barisan moncong putih. Termasuk Jokowi yang membela tindakan mboknya. Pantesan bilang gak mikir, gak mikir. Ternyata beneran mereka gak bisa mikir. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline