Dunia saat ini memang sedang dilanda wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019), penularan sangat cepat yang dalam beberapa bulan ini menyebabkan ditetetapkannya sebagai pandemi global oleh WHO (World Health Organization).
Semua negara melindungi warga negaranya dengan melakukan pembatasan jarak bagi masyarakat. Upaya ini dilakukan salah satu tujuannya agar perawatan kesehatan tidak kewalahan menangani pasien dengan jumlah yang semakin meningkat.
Seperti halnya di Indonesia yang menerapkan Physical distancing, istilah ini merupakan himbauan pembatasan jarak fisik bagi masyarakat, artinya langkah ini bukan berarti memutus hubungan sosial seseorang. mereka masih bisa berinteraksi dengan menggunakan teknologi---WHO merekomendasikan menjaga jarak 1 meter dari orang lain.
Dampak yang ditimbulkan Covid-19 ini sangat meluas, salah satunya di bidang pendidikan. Sejak dikeluarkannya surat keputusan dari Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa penyebaran Covid-19, semua kegiatan pembelajaran konvensional mulai diliburkan untuk sementara waktu.
Kegiatan pendidikan beralih menggunakan metode pembelajaran daring dengan berbagai aplikasi atau media daring lainnya yang dianggap sebagai sarana penunjang. Pembelajaran konvensional ditiadakan, tatap muka digantikan dengan tatap layar.
Dampak Pembelajaran Daring
Siswa, guru, dosen, mahasiswa, bahkan orang tua dituntut untuk beradaptasi dengan cepat dengan metode pembelajaran ini. Namun ada beberapa hal yang menjadi sebuah keluhan diterapkannya media daring ini, tidak semua siswa, mahasiswa, guru, dosen dalam kondisi yang sama.
Kondisi wilayah, faktor ekonomi, jaringan, dan fasilitas seringkali menjadi faktor-faktor yang sangat dikeluhkan dalam penerapan sistem pembelajaran daring ini.
Tidak semua semua siswa dapat mengikuti metode pembelajaran daring dengan baik dengan minimnya fasilitas. Pembelajaran daring memerlukan gadget yang mendukung dengan aplikasi. Tidak semua guru dapat memahami sistem pembelajaran daring dengan sangat cepat. Tidak semua dosen dapat memahami perkembangan teknologi dengan tepat.
Terlebih pada dosen yang sudah sepuh. Tidak semua mahasiswa berada dalam akses jaringan yang baik, sebab kondisi geografis yang sulit jaringan menghambat metode daring ini.
Nah, dan yang paling sulit adalah orang tua. Sebab tidak semua orang tua dengan latar pendidikan yang tinggi, hal ini terjadi pada siswa-siswi SD yang menuntut orang tua untuk selalu ikut mengawasi dalam proses pembelajaran daring.