Kompleksitas fanatisme khususnya di liga sepakbola Indonesia tidak pernah mereda dan selalu berujung pada tindakan anarkis. Seakan sudah menjadi hegemoni bahwa pelampiasan kekalahan tidak bisa diterima secara suportif dan berakhir dengan perusakan fasilitas umum. Hal ini terjadi pada Minggu malam tanggal 25 April 2021 seusai Persib kalah 2-1 (agregat 4-1) kontra Persija di Stadion Manahan Solo pada Piala Menpora 2021 yang mengundang kemarahan para oknum suporter yang tidak terima akan hasil tersebut.
Dalam sebuah video yang viral beredar di masyarakat, terlihat Graha Persib yang berada di jalan Sulanjana Bandung menjadi sasaran empuk untuk pelampiasan kemarahan oleh para oknum suporter. Mereka melempar suar dan paving block hingga terjadi perusakan di tempat tersebut. Hal ini tentu saja memicu kemarahan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Beliau berkata akan bertindak tegas dan mengusut para pelaku perusakan serta membawanya ke ranah pidana. Ridwan Kamil menyayangkan tindakan tersebut apalagi ini terjadi di bulan Ramadan dimana emosi dan amarah bisa diredam dan dikelola dengan baik namun anarkisme tetap saja terjadi.
Peristiwa ini bukanlah kali pertama di Indonesia. Akar fanatisme dan anarkisme seakan menjadi setali tiga uang yang tak bisa dipisahkan dalam kancah persepakbolaan Indonesia. Kemenpora sudah mengambil titik tengah dengan mengadakan pertandingan Final Piala Menpora ini di tempat netral yaitu Stadion Manahan Solo Jawa Tengah, bukan di Bandung maupun di Jakarta untuk meredam kericuhan pasca hasil pertandingan tetapi sayangnya tidak berdampak banyak. Kericuhan dan aksi anarkis tetap saja terjadi. Selain perusakan gedung Graha Persib, oknum suporter pun berulah dengan menyerbu mobil kakak dari kiper Persib Aqil Savik dan mencoret mobilnya dengan semprotan pada bagian kap dan kaca mobil. Kontan kejadian ini membuat kakak kiper Persib itu mengalami trauma akibat hadangan dari para oknum suporter tersebut. Para suporter hendaknya memahami bahwa menang dan kalah adalah hal biasa dalam sebuah pertandingan olahraga namun begitu sulit diterima sebab kadung mendarah daging jika harga diri lebih tinggi daripada sportivitas.
Kericuhan ini sebenarnya tidak perlu terjadi karena Piala Menpora ini bukan liga sebenarnya. Ini baru laga pra-musim dimana suporter sudah kentara berkoar dan marah akan kekalahan yang diteria oleh timnya apalagi nanti jika liga Indonesia resmi kick off. Tentu ini perlu sangat menjadi perhatian bagi kita semua. Sudah saatnya kita bisa menonton sepakbola, olahraga yang paling terkenal dan banyak disukai di dunia, dengan aman dan tentram tanpa perlu takut menjadi sasaran kemarahan dan anarkisme suporter. Mulai dari ajakan berdamai antara pimpinan suporter satu sama lain yang ditengahi oleh PSSI dan instansi terkait serta diperketatnya keamanan dan penjagaan pertandingan sepakbola khususnya tim-tim yang memiliki suporter dengan fanatisme yang kuat seperti Persib dan Persija sebab rivalitas keduanya sudah menjadi ciri khas tersendiri di liga sepakbola Indonesia. Pemindahan pertandingan di tempat netral sudah menjadi solusi yang tepat namun tetap saja perlu diimbangi dengan keamanan di daerah masing-masing sebab suporter yang tidak bisa datang bisa saja berulah di tempat lain.
Fanatisme sebenarnya bukan suatu hal yang berkonotasi negatif. Namun hal itu berubah seiring anarkisme dan chaos yang menyertai hegemoni fanatisme tersebut. Fanatisme bisa dikelola dengan baik dan sewajarnya misalnya dengan dilakukan pembinaan kepada komunitas-komunitas suporter, diberlakukan rekuitmen suporter berupa fanclub yang resmi sehingga setiap klub memiliki data dan identitas yang jelas dari setiap suporter jadi jika ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi seperti aksi anarkisme, perusakan, dan kericuhan maka akan lebih mudah mengusut dan diberlakukan pula sanksi keras jika terlibat dalam hal tersebut misalnya dilarang menonton langsung pertandingan klub dimanapun klub tersebut bertanding. Selain itu perlu juga mengusut hingga tuntas para mafia suporter yang biasanya menjadi kompor dan dalang dalam setiap kericuhan dan anarkisme suporter sehingga kejadian serupa seperti ini tidak perlu terus berulang-ulang. Semoga Indonesia lekas secepatnya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk menyaksikan pertandingan sepakbola secara langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H