Nggak terasa sudah 9 tahun aku jadi admin di Komunitas Traveler Kompasiana. Rasanya nano-nano, campur-campur. Suka-dukanya banyak. Karena Koteka pula, aku dapat anugerah di Kompasianival 2020 sebagai "Kompasianer of the year." Itu anugerah nggak semua orang punya, hanya yang terpilih saja dari berapa juta. Akupun harus menunggu hampir 10 tahun untuk mendapatkannya. Jadi nggak instan ya, kalau instan itu mie namanya....
Nah, karena dari awal pembentukan kami tahun 2015 sampai tahun ini, bongkar pasang adminnya pasti sering banget. Dari semua masa kepengurusan, baru tahun ini aku merasa seperti dikelilingi para malaikat, the angels. Bukan karena admin sekarang adalah tiga orang perempuan, bukan. Tapi karena mbak Palupi dan mbak Siti, dua bidadari yang aku pinang, benar-benar bekerja luar biasa.
Dengan pikiran, hati dan tanpa pamrih. Semua mengerti tugasnya masing-masing yang berbeda tetapi satu tujuan. Aku sebagai ketua, bagian lobi untuk offline dan online. Mbak Siti bagian administrasi. Mbak Palupi bagian di lapangan, mengatur secara langsung, hal yang aku dan mbak Siti nggak bisa lakukan. Lagian, mbak Palupi ada di Jekardah.
Mbak Palupi adalah seorang diplomat yang aku temui ketika aku diajak mami Kartika Affandi, putri maestro Affandi, untuk datang ke Wina, di mana mbak Palupi waktu itu menjabat sebagai Humas KBRI Wina.
Aku menari di acaranya mami dan Universitas Wina serta KBRI. Mbak Palupi ternyata juga suka menari. Dia malah sudah belajar Bedaya. Aku tidak berdaya. Pulang dari acara mbak Palupi, aku dikeloni mami Kartika, tidur sekasur. Yah ... Sejak itulah aku kenal mbak Palupi. Usai pensiun, aku pikir, pasti mbak Palupi keren kalau diajak bergabung. Ternyata dia mau. Alhamdulillah rejeki anak manis.
Mbak Siti sendiri adalah orang Purworejo yang lama di Jerman. Lebih lama dari aku. Aku bilang, ini orang betah banget di Jerman. Wkwkwk. Ia rupanya punya darah seni. Artis Bonn yang mbarang di mana-mana ini memang kadang lucu, kadang bikin gemes, pokoknya heboh. Aku masih ingat terpingkal-pingkal dikerjain dia mau diajak ke tempat para wanita tuna susila di Hannover. Ihhh, nakal. Mosok aku mau dikerjain biar ditawar orang. Jahattttt.
Dan pertemuan kami yang dirancang beberapa hari sebelumnya itu bisa membawa keakraban antara Jakarta - Seitingen dan Bonn. Seru banget. Kami sharing pengalaman menjadi admin Koteka. Nggak pernah ketemua bertiga. Kalau aku ketemu mbak Siti, kami nggak ketemu mbak Palupi. Kalau aku ketemu mbak Palupi, mbak Siti nggak ketemu kami.
Mbak Palupi belum pernah sekalipun bertatap muka dengan mbak Siti secara langsung. Lewat arisan online ini, tercapai sudah! Rameee ... kayak arisan PKK yang sering aku datangi waktu aku masih tinggal bersama ibu di Semarang. Hiks, kangen ibu. Mau pulang lagi, duitku habis dan sekarang ini banyak penerbangan yang mengalami kecelakaan karena turbulence. Maklum, tahun 2024 diramalkan sebagai tahun perubahan iklim ekstrem yang membawa bencana.
Waktu Mei kemaren pulang Semarang karena ibu sakit keras, pesawat sempat turbulence kencang aku deg-degan banget. Pesawat terguncang kayak milkshake. Alhamdulillah aku masih dilindungi Tuhan. Aku berangkat dan pulang dengan selamat. Yang mau terbang, hati-hati ya. Berdoa dan selalu pasang ikat pinggang selama perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H