Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mengatur Acara Melayat Mas Diaz dari Jauh

Diperbarui: 7 Juni 2023   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat jalan, mas Diaz (dok.Ednadus)

Selasa, 2 Mei 2023....

"Selamat sore, mbak Gana... Sudah dapat berita wafatnya mas Diaz di Aceh, mbak?" Sebuah whatsapp dari Mbak Dhien teman almarhum mas Diaz aku baca siang itu.

"Selamat siang, mbak Dhien. Belum. Darimana infonya? Innalillahi .... aku dikabari lagi ya, mbak, supaya aku bisa ngasi info teman-teman untuk melayat." Aku menjawab.

Tak berapa lama, ia memberikan link berita di sebuah website koran lokal Aceh, Aceh Media Center yang menayangkan berita meninggalnya mas Diaz di Banda Aceh. Padahal, seminggu sebelumnya aku japri mas Diaz untuk membantu Koteka mengatur acara Kotekatrip di Aceh karena kami rencana akan ke Pulau Weh. Nggak tahu, mengapa aku tiba-tiba punya ide untuk ada kegiatan jalan-jalan bersamanya. Bisa saja ini firasat. Mbak Dhine mengaku sudah kehilangan kontak sudah lama. WA nggak direspon dan seterusnya. Malam itu istri almarhum akan menjemput jenazah di Aceh. Inshaallah besoknya akan diberangkatkan dengan kargo pesawat jam 11.00 ke Jakarta kemudian dimakamkan di Tasikmalaya. 

Selain kepadaku, mbak Dhien mengabari mas Ony, salah satu admin Koteka yang sampai hari ini belum pernah aku temui tapi kami bertahun-tahun bekerja sebagai partner di komunitas. 

"Mbak, aku dari tadi baca berita seliweran kayak gini," Mas Ony mengirim link yang mirip dengan yang dikirim mbak Dhien untukku, "Aku belum baca karena sibuk dan baru dikabarin sore ini. Ini mas Diaz? Innalillahi ...."

"Betul, itu dia," Jelasku, "Makanya aku firasat mau bikin trip sama dia. Japri Rebo kemaren, mas. Aku, kok kayak punya mata ketiga. Persis kayak pas mas Ony baru tiba di UGD aku kirim WA padahal mas Ony nggak tek-tokan. Atau ketika mas Ony ke Singapura untuk operasi, aku kirim WA. Mas ony lagi di bandara mau terbang ke sana. Kan nggak dikasih tahu, jadi tahu."

"Mas Ony, kamu kan bendahara Koteka, kita nyumbang nggak?" Aku tanya sama yang pegang harta Komunitas Traveler Kompasiana selama ini. Ia menyebut angka, yang aku pikir pantas. Ada sekian untuk transport admin yang datang. Koteka memang nggak punya banyak duit, kalau punya duitpun harus diirit karena kalau tidak ada uang masuk dan petty cash digunakan terus, akhirnya nol.

Lantas, setelah aku kabari teman-teman di group Koteka offline yang koteka kumpulkan dari trip yang sudah-sudah, aku diskusi dengan tim admin Koteka. Ada usulan memang bahwa admin Koteka ada yang melayat. Selain itu, teman-teman Kompasianer yang ikutan group admin Komunitas di Kompasiana dan K+250, Kompasianer yang tergabung di whatsapp juga dikabari.

Karena rencana admin Koteka akan diwakili Nurul dan Ednadus, aku tanyakan pada mbak Dhien tentang alamat melayatnya di mana. Untuk lebih jelas komunikasinya aku minta nomor keluarga mas Diaz yang bisa dihubungi. Karena alamat makam belum ada, mbak Dhien mengirimkan alamat rumahnya. Nomorpun dibagi. Aku menghubungi istri almarhum tapi aku maklum kalau tidak dijawab karena memang sedang berduka, pasti juga banyak tamu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline