Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mengapa Penari Indonesia Kepalanya Bisa Gedeg dan Mata Kedip-kedip?

Diperbarui: 30 April 2022   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menari Jaranan di Jerman bersama anak (dok. Gana)

Roda mobil mulai menggelinding di jalanan tol Jerman yang mulus. Hari Minggu, jalanan sepi. Kami bertiga sudah siap hadir dalam acara seorang teman dari Indonesia yang merayakan ulang tahun ke-50 kalinya.

Lihatlah, bagasi tampak penuh dengan tiga perangkat pakaian tari dan dua set angklung. Penasaran, apa tanggapan publik Jerman terhadap seni budaya tradisional Indonesia.

Aturan longgar selama pandemi

Undangan sudah disampaikan lewat whatsapp sejak sebulan yang lalu. Kabarnya 90% adalah orang Jerman. Sisanya diaspora Indonesia. Memang selama pandemi, acara kumpul-kumpul sangat terbatas. Sempat terlintas di benak saya "Semoga nggak batal."

Bahagia rasanya hari itu sudah tiba. Sekarang ini di Jerman sudah ada peraturan longgar untuk acara pesta, tanpa masker dan tetek bengek lainnya. Tidak tertulis supaya tamu tes swab sebelum memasuki cafe, memakai masker FFP2 atau harus menunjukkan bukti vaksin seperti yang sudah-sudah. Nggak ada.

Dan memang begitu kenyataannya. Begitu memasuki tempat parkir, orang-orang sudah berada di depan caf tanpa masker dan nggak ada jarak. Sama halnya di dalam ruangan. Hadirin sudah duduk berkelompok. Ada 3 meja kecil dan 2 meja panjang. Kalau nggak salah ada 50 orang.

Toilet, ruang ganti darurat

Supaya efektif, begitu mengucapkan selamat ulang tahun kepada yang mengundang, kami segera ganti baju. Tetapi, rupanya nggak ada ruang ganti. Aduuuuh, bagaimana ini?

Untung ada kamar kecil. Di sana ada dua toilet untuk laki dan perempuan dan satu shower yang sudah nggak berfungsi dan digunakan untuk menempatkan peralatan kebersihan, yang ditutup gorden plastik. Di samping wastafel ada tempat untuk menaruh bunga atau tas-tas kami. Praktis.

Disanalah kami ganti baju tari. Kecil tapi cukuplah untuk kami bertiga, apalagi ada kaca dan washtafel. Agak sungkan kalau ada yang tiba-tiba masuk kamar kecil dan pipis, sebab bunyinya kencang sekali. Kami ngakak di gang depan dua toilet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline