Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Dua Jam Setelah Divaksin BioNTech, Saya Tumbang Sejam

Diperbarui: 21 Mei 2021   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Kamu tahu kalau temen kita si A yang jadi dosen sudah divaksin?" Tanya seorang teman lewat whatsapp.

"Nggak tahu. Tapi aku baru saja divaksin 3 minggu lalu." Jawab saya singkat.

"Kalau kamu mati gimana? Berani juga kamu. Ya, aku berharap pikiranku salah." Timpal pria blonde itu.

Keputusan untuk divaksin memang sudah bulat dari awal-awal peluncuran vaksin AstraZeneca di Jerman. Hanya saja banyak isu negatif sehubungan dengan Nebenwirkungen", efek samping khususnya bagi perempuan di bawah umur 60 tahun akan mengalami kelainan trombosit, makanya saya menunggu. 

Teman saya yang dari Iran umur 42 tahun, sudah divaksin ini. Ia mengeluh sering pusing kepala dan lemas. Khususnya pada hari H penyuntikan dan beberapa hari setelahnya. Maknya, saya nunggu saat yang tepat.

Dokter Jerman kejar orang untuk divaksin

Bagaimana sih, antusias warga Jerman lainnya tentang vaksin ini?

Beberapa keturunan Rusia yang tinggal di Jerman, mereka terbang ke negaranya untuk divaksin di sana. Sepertihalnya seorang bapak umur 50 tahun dengan anak lakinya, 19 tahun. Mereka ini ingin melindungi diri tapi negara Jerman kurang sigap. Dengan agen khusus, semua diatur dengan seksama. Apakah ini akan jadi tren di masa pandemi? Tur vaksin.

Seorang tetangga saya, orang Turki yang sudah punya parpor Jerman, memiliki penyakit darah tinggi. Untuk antri vaksin kloter pertama di kampung kami yang 300 orang, pasti lama sampai kloter kelompok kedua dan ketiga. Iapun berinisiatif daftar vaksin ke desa terpencil yang tidak banyak penduduknya. Suntikan anti corona pun didapatnya.

Teman-teman, banyak isu beredar di media massa di Jerman, dengan kasus kematian akibat vaksin. Ini membuat orang ketakutan dan menghindar untuk divaksin.

Seorang tetangga, opa umuran 70 tahun, baru saja saya potong rambutnya karena salon selain mahal, tutup! Dia cerita kalau ditelpon dokter praktek kampung setempat karena belum daftar vaksin. Ia diminta dokter untuk datang pada hari Sabtu, padahal hari itu biasanya praktek dokter tutup.  Jadi dokter kampung menelpon penduduk yang sudah lansia tapi nggak mau daftar vaksin satu-satu. Hebat, ya? Sabar banget, bukannya Ora gelem yo wis" atau Yen ora gelem beneran, akeh sing gelem" alias, "terserahhhhh."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline