Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Apa Arti Belalakan?

Diperbarui: 30 Maret 2021   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Haduh. Saya orang mana, ya? Baru tahu kata "belalakan" menurut KBBI artinya, pandangan dengan mata membelalak. Kalau membelalakkan mata saya tahu, artinya mata kita terbuka lebar-lebar, sehingga kelihatan membesar, lebih dari ukuran aslinya yang diciptakan oleh Tuhan.

Kalau mata yang nggak usah dibelalakkan, seingat saya, orang menamainya mata belok. Jadi memang sudah dari lahir jebrot, matanya besaaar sekali. Bundar begitu, deh. Rata-rata teman-teman saya yang dari Suriah, Turki, Iran, Pakistan dan India, memiliki mata indah bola ping-pong ini. Kalau mata saya bisa besar, sih, kalau sedang menari Bali atau sedang marah. Kalau kalian, bisa nggak matanya belalakan?

Aih, marah.

Seingat saya, waktu kecil, kalau almarhum bapak sudah membesar matanya, itu tandanya marah. Kami, putra-putrinya, biasanya tahu diri. Harus ada pesan yang ditangkap dan dilaksanakan. Hebat, ya, pendidikan yang satu ini saya rasa tidak ada di Jerman.

Ternyata, daya belalakan ini pun menurun pada saya. Suami dan om selalu keheranan, anak-anak sudah takut kalau mata saya membesar meski tidak ada satu kata pun yang terucapkan. Yah, capeklah, marah pakai teriak-teriak. Menurut saya, mata belalakan ini sebagai pralambang bahwa ada yang tidak berkenan dan dilarang. Signal ini harus tertangkap dan dibiasakan kepada anak-anak kami.

Dan karena saya mengajar anak-anak Jerman, yakni di Taman Kanak-Kanak, saya mencoba mengenalkan ini. Begini kisahnya.

Ketika sedang membersihkan makanan yang berjatuhan dari makan siang anak-anak, yang waktu itu sudah tidur, lewatlah seorang anak umur 4 tahun keturunan Turki.

Matanya belok, wajahnya ganteng, kulitnya bagus dan rambutnya menantang langit, jegrak gitu, deh. Tapi heran, saya nggak ngapa-ngapain, wajahnya garang sambil mengacungkan tangan ke muka saya. Pemandangan yang aneh melalui jendela kaca.

Tak lama kemudian, tiba-tiba ia membuka pintu ruangan kami dan membantingnya. Wajahnya masih buruk.

Oh, jambu mete! Ini anak perlu dikasih tahu....

Saya buka pintu perlahan-lahan. Sembari jongkok, supaya badan kami sama tinggi, saya bertanya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline