Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Berguru pada "Loewen Zahn" Si "Gigi Singa"

Diperbarui: 17 Mei 2020   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Loewen Zahn (dok.Gana)

Kompasianer, kalian takut untuk menjadi tua, sendiri dan rapuh? Pernah dengar kalimat "Menjadi tua itu biasa, menjadi dewasa itu pilihan"? Jadi, menurut saya wajar kalau takut tua,  takut bertambah umur, pernah kita alami. OMG, bagaimana kalau saya tua di Jerman?

Gambaran tua di Jerman itu seperti lagu "Burung kakaktua." "Burung kakak tua, tinggal di jendela. Nenek sudah tua, tinggal di jendela." Mengapa? Karena rata-rata orang tua yang saya kenal umuran 80-90, biasanya mereka tinggal sendiri di rumah mengingat kesehatan fisik sudah nggak seperti waktu umur 60-70 di mana mereka masih bisa aktif.

Untuk menghilangkan kebosanan berada di rumah, nggak ada siapa-siapa dan nggak ngapa-ngapain, mereka biasa berdiri atau duduk di jendela pada waktu-waktu yang sama, di jendela yang sama. Biasanya, waktunya adalah sore hari dan jendela yang dipilih adalah jendela yang menghadap jalan. Mata-mata mereka akan mengawasi siapa yang lewat, sesekali melambaikan tangan jika kenal. Jika ada kendaraan lewat, mata mereka mengikuti dari kedatangan sampai hilang. Bisa dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Bagaimana dengan saya nanti? Apakah akan seperti itu gambarannya? Oh, tidak ....

Di Indonesia, barangkali lain. Banyak orang-orang tua yang masih dikelilingi keluarganya sampai meninggal. Mereka akan banyak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari keluarganya. Hubungan dengan manusia lainnya masih lestari. Dalam kata lain, mereka tidak sendiri. Lain ladang, lain belalang. Lain lubuk, lain ikannya. Setiap negara memang punya budaya sendiri-sendiri. Bersyukurlah bagi siapa saja yang nantinya tua dengan keadaan yang menyenangkan.

Loewen Zahn

Adalah Loewen Zahn, Loewe=singa, Zahn=gigi. Mengapa disebut seperti gigi Singa? Karena daunnya bergerigi seperti gigi Singa. Ini mengingatkan saya pada tanaman lidah buaya, di mana daunnya seperti profil lidah binatang buaya.

Bunga liar di Eropa Tengah itu banyak terdapat di rerumputan di Jerman, di ladang orang, di sepanjang jalan yang belum dibersihkan, di kebun kami, di kebun tetangga dan di taman-taman.

Dengan daunnya yang hijau, bunganya kuning menyala, menjadikannya sebagai Umkraut atau tanaman liar yang khas. Hati-hati, ada beberapa orang yang alergi dengan serbuk bunga kuningnya. Mereka akan bersin berhari-hari karenamya. Mata dan hidung pun bisa merah hingga merasa kesehatannya sedikit terganggu. Kerugian lain adalah; rumah-rumah, mobil, kursi di taman/teras/balkon, pakaian yang dijemur di luar dan sandal/sepatu yang berserakan di depan pintu rumah ... semua akan menjadi berubah menjadi kuning. Butuh waktu khusus untuk membersihkannya. Air hujan, nggak serta-merta menghilangkan mereka begitu saja.

Selain itu, para petani atau peternak biasa memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Kelinci adalah salah satu hewan yang menyukai Loewen Zahn ini. Bahkan, petani juga mengajarkan masyarakat umum untuk mengkonsumsi daunnya sebagai salat. Katanya, itu salat yang menyehatkan. Konon dari akar sampai pucuk daun sampai bunga, bermanfaat untuk manusia.

Ketika tanaman ini sudah lewat musimnya, daunnya tetap hijau tetapi bunganya berubah menjadi Pusteblume. Puste = ditiup, Blume =bunga. Jadi bunga yang bisa ditiup secara kuat-kuat dan terbang bersama angin. Yakin, bunga ini tetap indah dan menarik dipandang tetapi sangat rapuh.

Tua dan rapuh (dok. Gana)

Jalan-jalan bersama keluarga bertemu Pustenblume (dok.Gana)

Tua tapi masih kuat (dok-Gana)

Tua tapi tetap indah (dok-Gana)

Belajar dari Loewen Zahn
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline