Indonesia itu kaya sekali, buah lokalnya banyak sampai saya nggak bisa lagi menghitungnya. Pisang, nanas, jeruk, mangga, kedondong, manggis, sirsak, blewah, melon, pepaya, belimbing, cempedak, jambu air, jambu biji, duku, salak ....Rasanya pun sangat matang pohon, lezat. Berterima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa negeri kita ini berada di titik equator, hingga kaya akan sinar matahari yang membuat buah-buahan masak benar.
Di Jerman, saya hanya bisa menghitung dengan jari, buah lokal yang bisa ditemukan; apel, stroberi, anggur, ceri dan mirabel. Kebanyakan impor. Oh, ya. Sekarang ini sedang musim stroberi. Rasa buah yang ternyata masuk kategori kacang-kacangan itu segar dan banyak mengandung vitamin C. Sedap.
Buah Jerman? Ya, Apel!
Kompasianer, masih ingat peribahasa an apple a day, keeps the doctor away? Makanlah sebutir apel tiap hari supaya sehat. Apel dikatakan memiliki kandungan kalori, karbohidrat, serat, vitamin C, kalium, vitamin K, mangan, tembaga, vitamin A, E, B1, B2 dan B6. Kaya sekali, ya?
Buah apel sangat mudah ditemukan di Jerman, hampir tiap hari kami bisa melahapnya. Harganya pun murah. Satu kg dibandrol 1,99 euro atau Rp 30.000 an isi 5-6 butir, yang impor bisa 2,50/kg. Sekitar 40 menit dari rumah, ada perkebunan apel dan anggur di Bodensee. Sembari ke sana, bisa jalan-jalan mengitari danau terbesar di Eropa itu. Indah nian.
Oh, iya. Selain apel bisa dibeli di toko atau swalayan, hampir tiap rumah di kampung kami, ada pohon apelnya. Bahkan anak-anak TK sudah diajari cara menanam apel dari biji. Itu investasi 10-20 tahun mendatang. Bayangkan wajah-wajah semangat mereka melihat biji tumbuh subur di kebun mereka. Di rumah kami ada tiga jenis, Holzapfel/Wildapfel, cox orange dan golden delicious. Karena masih bayi, buahnya hanya bisa dihitung dengan jari. Harus sabar.
Sebagai buah favorit rakyat Jerman karena awet, sepanjang tahun bisa dinikmati, murah dan meriah, apel ternyata punya beragam rasa tergantung jenisnya. Ada yang kecut, ada yang manis, ada yang kecut-manis, ada yang pahit. Suami saya suka jenis cox orange, saya suka pink lady, anak-anak suka Elstar. Jerman paling enggak memiliki 20 jenis apel. Ingat-ingat musim utama apel berbuah adalah September-April dan musim tambahannya adalah Mai-Agustus. Jadinya sama saja dengan Januari- Desember, hujan apel.
Satu hal yang harus diperhatikan waktu membeli apel adalah karena nggak boleh mencicipi seperti di Indonesia (bahkan bisa kena denda), periksa bagian kulitnya apakah berkilau normal atau bersinar seperti ada wax nya. Setelah membelinya, simpan di tempat yang dingin dan gelap, supaya nggak rusak. Kulkas adalah tempat yang ideal kalau kita nggak punya Keller atau ruang bawah tanah tempat nyimpan barang orang Jerman di lantai paling dasar.
Selain memakannya sebagai buah, membuat sebagai salat, menjadi bahan kue atau masakan, orang Jerman kadang membuatnya jadi Muss atau Kompott, bubur apel yang bisa dipakai untuk mengolesi roti, dimakan begitu saja, untuk obat mencret dan kudapan sore.
Baiklah, saya pilih buah lokal yang ada di daerah kami. Buah apel yang sehat, murah dan meriah untuk menu buka puasa kali ini. Buah apel biasa dibuat untuk menambah kesedapan masakan Jerman seperti gebratene Ente (bebek yang diberi isi potongan apel), Apfel-Auflauf (apel campur tepung, gula, kayu manis, susu, gula, minyak dipanggang dalam satu wadah) dan Apfel-Pfannkuchen.
Untuk bebek yang diisi apel masaknya berjam-jam. Jika tidak, rasanya jadi alot. Bebek utuh biasanya akan dimasuki isinya dengan ramuan bumbu dan potongan apel. Rasa apelnya akan menambah kelezatan bebek. Buah apel yang manis menimbulkan aroma yang luar biasa pada dagingnya. Hmmm ....