Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Tanam Phacelia di Jerman Dapat Subsidi dari Pemda Setempat

Diperbarui: 25 Oktober 2018   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Phacelia (semua dok.Gana)

"Wah, semua unguuuu ..." mata saya terbelalak melihatpadang rumput berwarna ungu. Ungu? Apakah itu lavendel? Omaigottt. Seperti di negeri dongeng. Buru-buru mata saya lurus ke depan begitu sadar, setiran saya ngepot dan hampir keluar dari jalur jalan tikus di daerah pegunungan itu. 

"Ah, mama, sudah sejak lama. Kalau kami naik kuda, biasanya lewat situ." Anak gadis menganggap pemandangan indah itu sebagai hal yang biasa. Setiap hari Sabtu ia berkuda dan lewat sana.

dokumentasi pribadi

"Hmm baru lihat sekarang. Kemarin mama ke mana ya?" Keheranan saya memuncak ketika warna ungunya makintajam begitu mobil sejajar dengan ladang.

Di kebun, saya sudah menanam lavendel. Pertama karena kata orang Jerman itu akan mengusir nyamuk dan serangga lainnya. Kedua, baunya semerbak mewangi membuat hati gembira dan menenangkan jiwa. 

Ketiga, ikutan tradisi orang Jerman menanam lavendel di sekitar pohon mawar. Selain warna ungu, saya tanam lavendel putih juga. Sama-sama wangi, sih tetapi untuk vitamin A, memang asyik memilih yang warna ungu.

Sebab itulah, begitu tahu di daerah Karpfen ada "lavendel", saya tertarik untuk ke sana. Bukan hanya selfie tapi juga menikmati keindahan obyek yang biasanya tenar di Perancis atau Hungaria. Ke Perancis butuh 3 jam, ke Hungaria? 11 jam! Huuuu jauuuuhh, pantat bisa tepos. Mending deket rumah saja.

dokumentasi pribadi

Akhirnya ... nggak salah jika saya memaksa suami dan anak-anak untuk ikut pada hari Minggu lalu. Ya, kami harus sidak ke sana. Melihat dari dekat lavendel yang menawan. Sayang sekali, bertepuk sebelah tangan. Apa yang terjadi?

"Lhoooo, penonton kecewaaaa ... ini bukan lavendel." Tangan saya menyentuh bunga ungu di sana. Nggak ada harum khas lavendel yang saya cium, nggak. Huuuuh, sebel!

"Hahaha ... tertipu." Anak-anak tertawa. Mentertawakan mamanya yang melongo, bermimpi di siang bolong melihat padang lavendel di dekat rumah. Mereka sempat-sempatnya joget. Hihhhh.

"Persis ini, kan?" Suami memperlihatkan layar telepon genggamnya. Biasa, mbah google kan ahlinya, jika ada pertanyaan pasti terjawab sudah. Di sana ada gambar bunga persis seperti yang saya pegang.

"Eh, iyaaaa ...." Saya kegirangan. Eit, tetapi mengapa judulnya Phacelia, bukan lavendel?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline