Bulan November tahun lalu, mbak Hedy, ketua Frauenbrunch Stuttgart mengundang mbak Larasati Gading untuk mengisi acara.
Sayang sekali, pertemuan yang diadakan ibu-ibu Indonesia di kotanya Mercedes Benz itu nggak bisa saya hadiri karena ada keperluan keluarga.
Dalam foto-foto yang diunggah mbak Hedy di Facebook, saya utarakan penyesalan nggak bisa datang. Meskipun demikian, mbak Hedy yakin bahwa suatu hari saya pasti bisa datang, sekalian mengisi acara yang diadakan sekali dalam dua bulan itu. Saya? Orangnya geleman, mau ajahh diajak.
Sebenarnya, perbincangan untuk mengisi acara Frauenbrunch sudah ada, yakni saat kami bertemu di Konstanz tahun lalu. Iya, di workshop BIPA bagi para pengajar bahasa Indonesia se-Jerman. Saya datang atas undangan mbak Andi, dosen HTWG Konstanz selaku penyelenggara.
Nah, kedatangan saya ke Frauenbrunch direncanakan pada tanggal 14 Juli 2018. Saya didaulat mengisi acara. Saya usul judulnya "Gara-gara Jadi Orang Hutan dan Orang Gunung, Jadi Penulis Buku." Passss!
Misi pertama saya, menceritakan pengalaman terdampar di negeri orang dan mengisi kesepian tinggal di tengah hutan dan dekat gunung, dengan hobi menulis. Dimulai dari ngeblog sampai mengumpulkan artikel-artikel yang ditulis menjadi sebuah buku. Sampai saat ini sudah ada 9 buku solo dan 30-an buku keroyokan yang berhasil diterbitkan. Enam di antaranya dari penerbit mayor.
Misi yang kedua adalah memotivasi dan menginspirasi teman-teman di Stuttgart bahwa semua perempuan bisa melakukan apa saja jika mau. Masih ada waktu untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing. Membahagiakan suami dan anak-anak itu wajib tapi jangan lupa membuat diri sendiri bahagia.
Terakhir, misi mengumpulkan tas kain dan dana untuk program "Meine Tasche ist deine Tasche" atau "Tasku adalah tasmu" yakni membagikan tas kain dari Jerman supaya nggak belanja pakai plastik di tanah air. Caranya dengan menjual paket buku (Exploring Hungary, Unbelievable Germany, I'm happy to be 40, 38 Wanita Indonesia Bisa dan Bertahan di Ujung Pointe). Terima kasih, teman-teman. Terima kasih, mas Husni yang sudah kepayahan antar-jemput.
Bertemu Larasati Gading
Allah memang Maha Baik. Tuhan Yang Maha Esa tahu kalau saya dulu ngiler ingin datang mendengarkan tema yang disampaikan mbak Laras "Kecantikan secara menyeluruh" nggak kesampaian tahun lalu. Jika ada yang bilang kesempatan emas tak datang dua kali, apakah saya akan diberi kelonggaran?
Beberapa hari sebelum berangkat ke Stuttgart, mbak Widi bertanya apa saya mau menginap di rumahnya supaya nggak usah pagi-pagi naik kereta menuju Stuttgart pada hari Sabtu. Katanya lagi, ada mbak Larasati dan ibunya yang akan datang untuk acara Kaffe trinken pada hari Jumat. Kalau saya menginap, saya bisa ketemuan.