Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Nggak Semua Pengungsi Jahat

Diperbarui: 12 Juni 2018   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengungsi yang masuk ke Eropa.(Reuters/S. Zivulovic)

"Mbak, di Jerman banyak pengungsi, ya?" tanya seorang tamu dari Indonesia yang kami ajak ke Geisingen buat angkat junjung lemari beberapa hari yang lalu. 

"Lhooo, di kampung kami saja ada 70 orang dari Suriah, Erethrea, China, Afrika, apalagi se-Jerman ... Ada tuh camp-nya deket rumah. Mau dianterin?" jawab saya. Biasa, ngompori buat ingin tahu.

Mumpung kenal beberapa pengungsi di kampung kami, ke sana sudah nggak sungkan. Jadi bisa ngajak-ngajak untuk melihat keadaan mereka dari mata dan kepala sendiri.

Lebih jauh, ia tanya-tanya soal situasi dan kondisi kota kami sehubungan dengan kedatangan para pengungsi.

Image negatif
Saya mulai nyerocos. Pada tahun 2015, seorang pria ngamuk dengan pedang katananya di sebuah Cafe New Journal Tuttlingen. Sebabnya, ia marah disuruh pergi dari kafe. Setelah keluar, ia kembali lagi dan kaca serta pintu dirusaknya. Untung saja polisi segera datang dan memberi tembakan peringatan.

Sejak itu, saya mulai berhati-hati pergi sendirian ke kota, apalagi sampai malam.

Pada tahun 2017, seorang pria dari Pakistan ngamuk di kantor Pemda Landratsamt Tuttlingen. Alasannya, ia nggak mau dikembalikan ke negaranya karena izin asylum ditolak.

Sebelumnya sudah ada pria dari Afrika yang membuat teman-teman senegaranya demo karena sang pria harus dikirim pulang. Izin tinggal ditolak.

Tuttlingen adalah kota pusat alat kedokteran sedunia. Kota yang pernah dinobatkan sebuah koran lokal sebagai kota kaya karena penghasilan penduduknya dari sana sangat tinggi. Kota yang kalau sudah pukul 19.00 semua toko tutup dan sepi seperti kuburan.

Beberapa waktu yang lalu suami saya cerita, temannya ada yang ngasih kabar kalau ada seorang perempuan jogging di Hutan Rottweil. Ia kaget dicegat pria Afrika yang berteriak, "Money ... money ..." Kekerasan pun terjadi.

Rottweil adalah kota tua yang bangunannya masih terawat dan merupakan daerah asal anjing ras Rottweiler. Kota itu juga pernah dijadikan area pendudukan Bangsa Romawi pada abad pertengahan. Saya ingat, di sana juga ada restoran yang jual schnitzel segede kepala orang yang beratnya lebih dari 500 gram!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline