Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Telinga Manuel Serasa Diiris-iris Mendengar Bahasa Gaul

Diperbarui: 6 November 2017   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manu bingung dengan bahasa Indonesia (Dok: Gana)

Konstanz, Jerman. Meski sudah berkali-kali berkunjung ke kota yang cantik dan hangat ini, ya ampun ... saya kesasar. Awalnya, saya sudah mencari alamat dengan googlemap. Nyatanya, saya lebih percaya apa kata orang di jalan. Ya, saya memilih jalan yang lebih jauh yang ditunjukkan mereka.

Astagagagana. Setelah berjalan hampir sejam (yang harusnya hanya 17 menit), tibalah saya di tempat tujuan, sekolah tinggi HTWG Konstanz di gedung James Bond F007. Di sanalah, saya mengikuti lokakarya APPBIPA di Jerman. Horeeee, bebas tiga hari dari tugas di rumah! Selamat tinggal dapur, kasur, sumur....

Apa itu APPBIPA?

Nama yang memang baru pertama kali saya dengar. Baru sadar, terlalu lama tinggal di Jerman membuat saya nggak begitu mengikuti perkembangan terbaru di tanah air dan tentu, bahasanya meskipun rajin di medsos. Hahaha. Kapok lombok.

Adalah mbak Dr. Ari Kusmiatun. Pengurus pusat APPBIPA atau Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing dari Indonesia itu juga dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Bahagianya bertemu dan mendapat banyak ilmu dari salah satu pemateri dalam lokakarya yang dihadiri dosen bahasa Indonesia dari berbagai universitas Jerman dan VHS Jerman.

Tujuan mbak Ari banyak, antara lain yang pertama, sosialisasi  APPBIPA, badan yang jadi pemersatu para pejuang BIPA. Di Jerman sendiri, cabangnya baru satu. Tepok jidat dulu. Dibandingkan dengan Thailand, sangatlah jauh. Kok, bisaaa? Aneh, padahal minat belajar Bahasa Indonesia di negeri yang punya bahasa Jerman itu termasuk masih ada dan bagus. 

Tambah keriting begitu mendengar mbak Poppy, dosen bahasa Indonesia di Universitas Koeln cerita tentang hasil sebuah riset yang dibacanya, memberitakan lain. Jumlahnya menurun. Oh, inikah PR yang akan digarap lokakarya? Jangan tanya pada rumput yang bergoyang. Jangan pula tanya pak Jokowi, apalagi menteri-menteri beliau. Hahaha.

Tak berapa lama, mbak Andi selaku pemrakarsa acara menyentil, APPBIPA Jerman akan bermetamorfosis sebagai APPBIPA Eropa, setelah nanti APPBIPA Swiss berdiri. Wow, bersatu kita teguh, bercerai jangan sampai. Diharapkan, di masa mendatang pun semakin banyak cabang APPBIPA di Jerman. Semoga (iconmata merem,berdoa). Jerman nggak boleh kalah.

Kedua, menyampaikan evaluasi dalam pembelajaran BIPA (UKBI atau UKBIPA).

Ketiga, menjadi jembatan pengukuhan APPBIPA Jerman dengan APPBIPA pusat lewat Skype oleh Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd, ketua APPBIPA pusat di Jakarta.

Tujuan saya sendiri apa? Ingin belajar (siapa tahu suatu hari nanti jadi guru bahasa Indonesia di Jerman, nggak melulu bahasa Inggris yang bukan bahasa ibu) dan mendapat ilmu serta teman baru. Seru, rasa nganan saya semakin besar dibandingkan ngiri. Semakin ke dalam, semakin terlihat saya ini  kecil dibanding semua yang hadir, sebutir debu. Geleng-geleng kepala, bukan dari minum obat gedeg. Perempuan-perempuan diaspora di Jerman memang bisa!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline