Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mau Dikunjungi Walikota Jerman? Penuhi Dua Syarat Ini!

Diperbarui: 26 Oktober 2017   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Buergermeister Flad di pameran Indonesia bersama Kampret 2013 (dok.Jens Geschke).

Kamis pagi. Ya, ampunnn. Hectic. Anak-anak harus ke sekolah pagi-pagi sekali. Anak yang terakhir baru masuk jam 8 pagi. Oh, jam segitu juga harus segera menuju kota. Ada kelas bahasa Inggris. Nggak asyik kalau telat karena saya pegang kunci ruangan dan yang paling parah, saya gurunya. Hahaha.

Sebenarnya perjalanan hanya butuh 10 menit mengendara mobil dan 7 menit berjalan kaki dari tempat parkir ke  kelas. Total 17 menit saja. Lha tapinya, kalau pagi kan macet. Setengah jam saja deg-degan. Takut nggak cukup.

Hey, di Jerman coba-coba telat? Tidak elok. Bahkan orang sudah kayak Napoleon. Lima menit  sebelum jadwal, sudah siap grak. Super disiplin.

Pfff. Untung, untung sekali saya tiba di kelas, 3 menit sebelum jadwal. Artinya, saya nggak telat. Akibatnya, kaki saya agak pegal karena waktu jalan kaki kayak orang Jepang, cepet banget; tu-wa-ga ... tu-wa-ga .... Wih, untung nggak pakai hak tinggi.

Setelah satu setengah jam mengajar, saya ngobrol dengan murid-murid yang memang sudah pada pensiun. "Habis kelas bahasa Inggris kelar, mau ngapain?" Dari cerita ini-itu, ada satu yang menarik. Salah satu murid akan menghadiri sebuah pesta ulang tahun kenalan, yang akan dihadiri Oberbuergermeister atau walikota Tuttlingen.

Jangankan untuk orang Indonesia, untuk orang Jerman pun kalau ada walikota datang ke rumah atau ke pesta seorang warga setempat, itu luar biasa ... istimewahhh. Mengapa? Karena syaratnya nggak mudah. Oh, ya? Apaaan tuuuuuh?

1. Berhasil Mencapai Umur 80 Tahun

Ya, murid saya tadi menghadiri pesta ulang tahun kenalan yang baru saja berumur 80 tahun. Dia sendiri baru 66 tahun. Artinya, kalau dia ngiler didatangi walikota, harus menunggu 14 tahun lagi. Ya, ampun. Lama!

Lah kalau saya ... astagagagana ... hampir separoh hidup, dong. Berarti saya harus hidup sekali lagi seperti saat ini. Apakah bisa? Hanya Tuhan yang tahu. Sekarang saya jadi merasa bego. Haaaaa makanya, waktu Buergermeister setempat saya undang ultah ke-40, beliau nggak datang. Ngapain pakai undang beliau segala? Saya pikir, 40 tahun sudah istimewa, undang orang istimewa seperti beliau. Kata orang Jerman eine Runde atau ulang tahun yang angka belakangnya 0 adalah spesial; 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 dan seterusnya. Apalagi saya banyak ngadain acara Indonesia dengan sebelumnya menghadap beliau. 4L (Lu Lagi Lu Lagi). Merasa PD, ada ikatan di sana. Nyatanya ... bo'ong, wong cilik.

Oh, ya. Di Jerman, umur 60-70 belum bisa dibilang tua tapi senior. Tua itu kalau sudah 80 ke atas. Hehehe, beda ya dengan Indonesia. Baru pensiun saja sudah ada yang merasa tua sekali. Di Jerman, banyak orang masih pada aktif kursus ini-itu, keliling dunia dan melakukan banyak hal lainnya secara reguler, dengan umur 60-70 an. Nggak percaya? Tanyakan cabang-cabang Volkshochschule -VHS di seantero Jerman, baik kota besar maupun kota kecil sekalipun.

Nah, kembali ke soal ultah 40 tahun saya. Ada selembar surat yang beliau kirimkan ke saya yang menerangkan bahwa beliau berterima kasih atas undangan tapi nggak bisa datang karena ada acara keluarga. Surat saya baca di depan 100 tamu yang hadir. Waktu itu, saya percaya saja dan memakluminya. Bahkan berterima kasih ada surat ijin nggak datang segala. Wong saya juga bukan siapa-siapa, nggak penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline