Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

"Der Goldene Oktober", Jerman yang Keemasan di Bulan Oktober

Diperbarui: 24 Oktober 2017   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: wikiwand.com

Duluuu sekali, saya suka nyanyiin lagunya Vina Panduwinata, "Si Burung Camar", "September Ceria." Lagu yang sempet ngetren tahun 70-an di Indonesia.

Rupanya, ketika di Jerman, lagu itu masih relevan saya nyanyiin karena ada istilah der Goldene September. Gold=emas. Der=artikel yang menyertai kata benda "September."

Der Goldene September, apaan tuhhh? September, bulan yang seharusnya sudah masuk hitungan musim gugur (September-Oktober-November) di mana dedaunan rontok, udara makin dingin, angin kian kencang bisa sampai 170 Km/jam, kelinci liar dan landak mulai berkeliaran, banyak hujan... Kayak emas karena masih anget layaknya musim panas.

Selain September emas, ada Oktober emas atau dalam bahasa Jerman "der Goldene Oktober". Orang-orang Jerman Selatan di Schwabenland menyebutnya sebagai der alteweibersommer. Alt=tua, Weiber=wanita tua, Sommer=musim panas. Der altweibersommer, musim gugur yang hangat-kehangatan yang selalu dibutuhkan wanita tua layaknya kehangatan musim panas. Aneh, bisa anget sampai temperatur 25 derajat! Kalau di Indonesia itu jadi temperatur AC, di Jerman sudah angettt karena musim gugur biasanya 10 derajat sampai minus-minus.

Apa yang istimewa di musim gugur?

1. Pepohonan seperti lampu merah

Tinggal di dekat hutan jadi istimewa karena bisa mengamati pergantian musim. Jika musim gugur seperti saat ini tiba, bisa melihat langsung perubahan alam. Pepohonan yang tadinya semua hijau berubah jadi hijau, merah, kuning. Mirip lampu merah, ya? Saya ingat sekali kesan mami Kartika Affandi. Beliau pernah tinggal di Austria, deket Jerman. Saat saya tanya musim apa yang paling disuka, selain musim salju karena ada snow, adalah musim gugur di mana dedaunan berubah jadi warna-warni. Alasannya, asyik buat jadi obyek lukisan.

Saya sependapat. Begitu pula di Jerman, banyak orang suka musim gugur. Tambah wow, jika jalan-jalan memasuki hutan di Jerman. Perubahannya sungguh luar biasa di depan mata. Merah, kuning di antara hijaunya pohon cemara yang selalu hijau atau immer gruen. Seperti di film-film negeri dongeng.

Daun jadi warna-warni (Dokumentasi Pribadi)

Hutan di Friedingen, Blackforest (Dokumentasi Pribadi)

2. Rontokan daun

Dedaunan yang rontok berjatuhan di tanah, banyak berwarna kuning seperti emas dan ada yang coklat karena sudah tua.

Kalau ada senang pasti ada nggak senangnya. Kalau di kebun banyak pohon besar seperti di rumah kami, artinya harus banyak membersihkan jutaan bahkan miliaran daun. Jika tidak, akan menutupi tanah saat salju menimpa dan rumput tidak bisa tumbuh dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline