Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Kapan Botol Refund Marak di Indonesia?

Diperbarui: 11 September 2017   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Botol refund Jerman (dok.Gana)

Labuan Bajo, Agustus 2017.

Ahai. Indonesia memang indah. Di mana-mana kekayaaan alam dan keindahan pemandangannya tak jemu bisa dinikmati. Tak terkecuali di Labuan Bajo (red: labwan bayo, kata bule-bule). Bukit, pantai, pepohonan, goa, air terjun, danau, pulau, flora, fauna... Wowwww.. semakin tahu wisata Indonesia nggak kalah sama luar negeri. Guarantee not to run.

Oooops. Sayangnya, selama seminggu di Labuan Bajo, kesan itu seolah rusak oleh tercemarnya lingkungan. Iya, banyak sampah. Sampah plastik khususnya.

Botol non refundable Indonesia (dok.Gana)

"Kamu lihat ikan, nggak?" tanya saya pada suami.

"Nggak ..."

"Mungkin ikannya pada ngumpet takut sama kamu" celoteh saya

"Jahaaaat. Eh, adaaaa ... ada ikan!" teriak suami. Ia kegirangan.

"Mannnaaa?"

"Tuh ... ikan Aqua" tangannya menunjuk pada botol plastik yang berenang di antara kapal yang berlayar. Bercanda, saya timpuk dia pakai bantal kapal.

Saya nggak yakin botol yang mengapung itu botol Aqua, tetapi mind set dia, kalau ada botol minuman plastik Indonesia, ya Aqua. Padahal banyak merk produsen air minum mineral dalam kemasan lainnya. Bak jamur di musim hujan, deh. Bahkan ada kampus di Surabaya yang punya merk air minum mineral sendiri.

Botol yang mengapung di Labuan (dok.Gana)

Botol oh botol (dok.Gana)

Mengapa kesadaran masyarakat kurang?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline