“Jangan tanya apa yang kau dapat dari negara tapi apa yang kau perbuat untuk negara.“ Barangkali, itu petuah dari tanah air, yang tersirat dalam perayaan Kartinian kami di Jerman pada 29 April 2017.
Mulai dari pukul 16.15-20.00, kurang lebih 100 orang hadir menikmati segala sesuatu yang berkenaan dengan Indonesia! Malam Indonesia atau perayaan Kartini di Jerman kali itu memang baru pertama kali tapi bukan berarti pertama kalinya kami promosi tentang Indonesia di daerah yang sama. Sebelumnya sudah ada pameran foto “Indonesien, Paradise der 1.000 Inseln“ tahun 2013 dan Part II tahun 2016.
Ide presentasi tentang Indonesia dari VHS
Selama bekerja di VHS Tuttlingen sejak 2014, saya belum pernah ngajar tentang keindonesiaan. Kelas Bahasa Indonesia, kelas menari dan kelas memasak selaluuu batal karena VHS tidak mengijinkan jika peserta yang daftar kurang dari 7 orang/kelas. Huuuuh!
Walhasil, selama ini cuma ngajar bahasa Inggris. Ups, itu tentu bukan bahasa saya. Meski sudah menyelesaikan kuliah dan pernah ngajar di universitas, tetap saja kadang ada rasa nggak PD. Bahasa Inggris saya, Janglish (Jawa English) tapi syukurlah, peminatnya masih banyak jumlahnya dari waktu ke waktu dengan kisaran usia 60-70 an.
Lalu suatu hari, Franzi Ott yang baru saja gabung di VHS tanya kalau saya mau presentasi tentang Indonesia. Kebetulan, tetangga saya itu pernah datang di pameran foto bersama Kampret yang saya geber tahun 2013 di Jerman. Hmm ... presentasi tentang Indonesia.
Dari situ, saya mikir, kalau sendirian mana tahan? Saya tanya teman-teman dari Rottweil, Schramberg, Tuttlingen dan Villingen seperti Kristina, Diah, Windi, Nopita dan Helena. Mereka mau bantuinnggak? Akhirnya, sepakat lewat group WA, kami bikin malam Indonesia bersama VHS! Ide presentasi dipaskan dengan perayaan Kartini. Saya usul, mengundang duta besar RI untuk Hongaria yang telah memberikan kata pengantar dalam buku saya “Exploring Hungary“. Feeling saya, permohonan akan gol dan beliau adalah sosok Kartini modern yang mencapai puncak jabatan sebagai wakil negara. Passs!
Jerman bukan wilayah Hongaria, ibu dubes meminta ijin Kemenlu sehubungan dengan permohonan saya. Hasilnya? Bol-kobal-kabul ... terkabul!
Air mata jatuh karena lagu nasional
Tempat acara? Museum Seitingen-Oberflacht. Ups. Museum tempat penyimpanan barang langka, tua dan bersejarah, kan? Hari H, jam 15. Masih sepi dan bikin bulu kuduk berdiri. Semangat yang menyala, buang gundah-gulana.
Baru pukul 16.00 museum ramai, tamu membludak. Pendaftaran on line tadinya cuma 27 orang untung kepdes usul kami jual ticket box. Walhasil, jumlah total pengunjung 85 orang. Sampai kursi nambah lagi, ngambil dari tumpukan stok di dapur. Riweuh. Kami 20 panitia berdiri saja, sekalian riwa-riwi.