Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Tiga Alat Elektronik Pendukung Perjalanan Traveling Saya

Diperbarui: 10 Desember 2016   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukit Karpfen pari jendela dapur (Dok.Gana)

Bukit Karpfen (Dok: Gana)

Bagi saya, traveling sudah jadi sebuah kebutuhan istimewa. Memiliki rutinitas yang harus dijalani, tentunya sekali-kali butuh variasi, supaya hidup beratap pelangi. Sekali kebutuhan itu terpenuhi, rasanya selangit. Tak harus mahal untuk jalan-jalan di Jerman. Tinggal di daerah yang dikelilingi hutan dan gunung, obyek wisata alami itu sudah tersedia di depan mata dan siap untuk dikunjungi semaunya. Mengabadikan perjalanan layaknya di negeri dongeng? Bisa!

Bagaimana dengan perencanaan kapan acara jalan-jalan dimulai? Punya anak yang sekolah kan repot kalau mau diajak jalan? Oh... Masalah waktu nyaris tak pernah ada. Pemerintah Jerman sangat memperhatikan anak-anak, sampai setahun liburnya empat kali. Iya setiap musim! Di daerah kami, dimulai dari 2 minggu di musim dingin bertepatan dengan natal dan tahun baru, 2 minggu libur musim semi, 6 minggu pada musim panas pasca kenaikan kelas dan 1 minggu musim gugur. Belum lagi 12 hari libur nasional, Brückentag aka harpitnas dan libur Sabtu-Minggu. Merencanakan acara jalan-jalan bersama mereka menjadi lebih longgar.

Kok, jalan-jalan terus. Kenapa? Sebab tetap ada hikmah jalan-jalan bagi saya:

1. Mensyukuri nikmat Allah.

Berada di rumah sebenarnya sudah seperti di tempat liburan. Keluar balkon, bisa menatap gereja yang dibangun abad ke-17 dengan latar belakang hutan dan sebelah kanannya, bukit Lupfen. Berada di teras, mata dimanjakan dengan hamparan bukit Karpfen yang mirip tempatnya Teletubis. Begitu pintu utama rumah dibuka, pohon- pohon cemara Blackforest berjajar di sana. Menengok ke kanan, ada kandang kambing. Bahkan pernah ada kambing asli Indonesia. Sayang sudah disembelih karena nakal, tukang seradak-seruduk kambing lain. Dulu ada juga 5 kuda di depan rumah, tepat di depan garasi. Sekarang pemiliknya pensiun, semua dijual. Indah sekali ciptaan Tuhan!

Bagaimana dengan saat liburan jauh dari rumah? Tambah kagum. Menatap danau Platensee Di Hongaria yang lebih rendah datarannya dari rumah kami, meniti sungai Rhein di Jerman dengan Stockerkhan si perahu bercadik, naik kapal besar di perbatasan Jerman-Swiss-Austria, atau bermain air,  pasir dan ombak di pesisir pantai Bandengan, Indonesia. Itu jadi hal-hal luar biasa yang menuai tanya; siapa gerangan yang menciptakan semua?

Naik Stockerkhan (dok.Gana)

2. Menyadari kemajuan manusia.

Masuk museum tak hanya ditawari hal-hal jadul yang tidak kekinian. Ada jejak menuju kemajuan yang tersimpan di sana. Misalnya di museum Porsche Stuttgart, Jerman. Di sana kita tahu perkembangan mesin dan desain mobil itu dari waktu ke waktu, iya dari pertama kali penuh kegagalan dan saat ini. Juara. Sadar, manusia memang tak pernah jemu dari kata "puas".

Ada perasaan berada di film Quantum Leap ketika  beli tiket lalu naik lift di menara TV Fernsehturm di Stuttgart (yang usianya sudah 60 tahun). Ketinggian 217 m itu bisa dicapai dalam waktu sekejap saja.

Begitu pula saat jalan-jalan ke kota besar. Sangat terlihat perkembangan transportasi Jerman. Semakin terasa dengan menumpangi kereta cepat ICE. Dari Tuttlingen ke Frankfurt hampir sama dengan perjalanan pakai mobil. Tiga jaman!

Pernah dengar percobaan kereta api cepat bawah laut di Uni Emirate Arab atau di jalur Swedia-Denmark? Lain kali anak cucu kita bisa piknik ke Mars atau bulan ...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline