Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mampirlah, Sebelum Kalian Dilarang Mampir

Diperbarui: 7 Juli 2016   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan nggak makan, kumpul (Dok.Gana)

Freiburg. Kota yang banyak diserbu remaja seluruh dunia untuk kuliah dan wisatawan yang pengen main ski (musim salju) atau jalan-jalan (musim panas) itu memang indah dan asri. Senang sekali ketika pada hari Sabtu, minggu lalu saya memenuhi undangan dari penerbit Cornelsen untuk menghadiri workshop pengenalan buku ajar bahasa Inggris. Selain tambah ilmu dari penutur asli, tambah koleksi buku bahasa Inggris gratis dari penerbit, ada teman baru. Yippiiii!

Lantaran hanya dua jam, saya usul suami untuk mampir ke tempat sahabatnya. Suami dan temannya itu, paling tidak sudah hampir 30 tahun berteman. Awet banget, ya? Saya belum punya teman yang bisa seawet itu. Semoga suatu hari, saya bisa menyamainya. Cari teman baru itu mudah, memelihara pertemanan kadang tidak semudah kata-kata ....

Atas desakan saya, iapun mengirimkan pesan singkat, menanyakan apakah nanti kami boleh mampir. Kalau iya, jam berapa dan seterusnya ... Mampir sebentar ketika bepergian atau lewat di kota tempat kita tahu ada teman, saudara, kenalan yang tinggal di situ, sudah jadi tradisi keluarga bapak ibu saya. Just to say hello-how are you?, drink a glass of tee then just go.

Sembari menunggu jawaban dan menunggu saya usai workshop, suami dan anak-anak jalan-jalan ke pusat kota. Cuci mata dan mau beli sepatu untuk anak-anak. Asyik, bayangan saya, mereka happy-happy dan saya menikmati workshop penuh konsentrasi.

Dua jam setelahnya, kami bertemu di lobi hotel Novotel. Itu tempat penyelenggaraan workshop. Suka sekali dengan workshop Cornelsen. Mereka selalu memilih hotel yang berdekatan dengan Hauptbahnhof atau Bahnhof, stasiun kereta api. Maksudnya, biar tanpa mobil, peserta bisa mencapai tujuan dengan mudah dan murah. Apalagi di kota, susah kaaaan parkirnya? Males juga dengan macet.

Begitu melihat saya, anak-anak berhamburan memeluk mamanya. Welehhh ... baru juga ditinggal dua jam kalau dua hari bagaimana? Akhirnya, usai mencium suami, saya tanya lagi kelanjutan WA.

“Gimana, pak, jadi mampir ke rumah temanmu?“

“Hehe ... nggak jadi“ Nyengir sapi karena dia gendut.

“Ohhh, dia nggak di rumah ... masih libur ya?“ Seingat saya, ada kabar si teman itu liburan, setelah istri dan anak-anak kembali ke rumah dari acara liburan. Liburan dibagi dua, sudah bukan hal yang asing saya dengar dari masyarakat Jerman. Maklum, selain susah diorganisir karena beda waktu longgarnya, juga beda kesukaannya. Daripada ribut? Hayooo ... mau relaks malah berantem.

“Bukaaan ... katanya, kita nggak boleh mampir karena takut istrinya marah. Hari ini akan datang tamu. Kalau kita jadi datang, rumah sudah bersih, berantakan lagi gimana? Atau kalau mereka belum juga selesai bersih-bersihnya sampai kita datang ... nggak ada waktu buat menemui kita, kan?“

“Hahaha ... biasa. Aku ora popo. Aku maklum pak. Pulang aja.“ Saya gandeng anak-anak biar nggak ucul dan nggak ketabrak mobil yang lewat di jalan raya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline