Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mau Kuliah di Luar Negeri? Bekali dengan Budaya Bangsa Sendiri

Diperbarui: 2 Juni 2016   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MC wawancara tamu yang jawab kuis Indonesia

Tari Pendet

Gamelan Jawa

Manuk dadali dan Gundul-gundul pacul

Tari piring

Jaipongan

Saxophone dan Indonesia Tanah Air Beta

Mode show pakaian adat Indonesia

Tari Saman

Pada tahun 1994, kelas 3 SMA, saya mengikuti program pertukaran relawan PMI untuk mewakili pertemuan tingkat tinggi IFRC/IRCS di Cebu.  Selain pengetahuan bahasa Inggris dan pembuatan makalah ... rupanya bakat seni juga menjadi pertimbangan khusus para juri. Dari 10 orang, saya terpilih. Cadangan kedua adalah seorang mahasiswi Solo yang juga pandai berbahasa Inggris serta bisa menari. Si mbak akan menggantikan saya kalau pada hari H saya berhalangan.

Di waktu berikutnya, bakat seni tetap dijadikan sebagai salah satu bahan ujian untuk program pertukaran pelajar yang pernah saya ikuti. Contohnya SSEAYP (Program Kapal  Pemuda Asia Tenggara).

Begitu pula untuk pengiriman relawan LSM ke luar negeri. Tak hanya relawan yang aktif, pandai bergaul dan pintar bahasa Inggris tetapi relawan yang berbudaya yang akan kami pilih. Saya pikir, kalau jadi “duta negara“ harus mampu menunjukkan identitas bangsanya. Memperkenalkan negeri sendiri kepada dunia luar.

Rupanya, itu pula yang saya tangkap dalam acara “Indonesischer Abend“ yang dilaksanakan oleh IKID (Indonesisches Kultur und Informationeszentrum Darmstadt) di Darmstadt pada tanggal 27 Mei 2016 yang lalu. Ikatan orang Indonesia di Darmstadt itu memilih gedung Knabenschule untuk menyelenggarakannya. Bisa ditebak, pasti ada PPI yang terlibat. Dan betul, PPI Frada (Perhimpunan Pelajar Indonesia Frankfurt-Darmstadt) memang menjadi lakon dalam pesta!

Bazaar Makanan Indonesia

Kami berangkat siang menuju Darmstadt. Tiga jam dari rumah, sampai sudah. Beruntung berangkat lebih awal karena tempat parkir masih banyak. Begitu di depan gedung, kami segera membeli tiket yang sudah dipesan. Hmm ... 10€ per orang mendapat voucher makan 2€. Kalau beli jauh-jauh hari hanya 7€.

Tangan kami distempel biar keluar masuk ketahuan sudah bayar belum. Tiket, voucher dan brosur tentang acara dan daftar makanan diserahkan. Kami menunggu 30 menit untuk menukar voucher makan. Beberapa makanan memang belum disajikan. Orangnya belum datang kali ...

Tak berapa lama, jam menunjukkan pukul 17.00. Bazaar dibuka. Kami pesan siomay, martabak dan sate. Sayang sudah dingin. Bayangin ribetnya dapur, tukang masak dan persediaan penghangat makanan tentu merepotkan. Lantaran lapar, tetap saja lezat. Harga dibandrol 1 – 7€. Pas di kantong.

Semangatnya Pemuda Indonesia di luar negeri

Selesai makan di luar mumpung cuaca cerah, kami masuk gedung. Belum ada penonton. Hanya beberapa pemuda/i yang latihan mulai dari menyanyi sampai menari. Oh ... Acara baru dimulai pukul 18.00. Masih banyak waktu. Kami nikmati duduk di kursi baris kedua sayap kanan, dekat panggung.

Duuuuh semangatnya yang di panggung. Pasti sudah lama latihannya sebelum hari H. Terlihat beberapa wanita bersolek. Ada yang membantu menata rambut temannya dan ada yang membenahi pakaian teman yang belum rapi. Indahnya pertemanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline