Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Keluarga, Surga Duniawi Karena #BahagiadiRumah

Diperbarui: 31 Mei 2016   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

One for all

Gereja dipandang dari balkon rumah (de.worldmapz.com)

Jalan-jalan di kampung

Pemandangan dari balkon rumah

Keluarga, surga dunia (dokpri)

antri-574ca9e693fdfd7d0d372b85.jpg

Lezatnya makan bersama di rumah

Hewan ada di mana-mana ... (dokpri)

Bekerja di rumah bersama-sama

novarumah2-574ca9452cb0bd962153886a.jpg

novarumah3-574ca9302cb0bd832153886b.jpg

novakebun4-574ca91e93fdfd9a0d372b87.jpg

dokpri

novakebun1-574ca8d4c122bd4a0c321342.jpg

fruh5-574ca8ae567b61450c805272.jpg

Menjadi ibu rumah tangga, tinggal di rumah mengurusi anak-anak, suami dan rumah bukanlah hal yang mudah. Dapur, kasur, sumur atau kata orang Jerman 3K-Kinder, Küche dan Kirche (Anak, dapur dan gereja/tempat ibadah). Jika terbiasa menjadi wanita karir, ada sebuah konsekuensi baru yang harus diambil. Ya, melepas apa yang sudah diraih! Pertanyaan berikutnya adalah apakah sudah siap dan mau? Tidak semudah itu kan? Khususnya bagi saya pribadi.

Pada awalnya sulit karena terbiasa ada yang membantu atau ada yang mendukung seperti pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang, tukang kebun, supir, ibu kandung, saudara kandung, tante, tetangga dekat, teman dekat dan kenalan. Berbeda ketika harus melakukan semuanya sendiri. Apalagi di luar negeri yang jelas adat, budaya dan pergaulannya berbeda.

Lantas, apakah menjadi seorang ibu rumah tangga harus menyerah atau menjadi orang yang tertekan (red: a desperate house wife) karena setumpuk pekerjaan yang tak pernah habis dan sendirian mengerjakannya? Aduh, jangan sampai. Yes, women ... we can.

Betul. Saya menikmati, bahwa rumah adalah benar-benar tempat berkumpul keluarga dan keluarga adalah surga duniawi yang tidak setiap orang di dunia punya. Tidak ada keinginan bahwa keluarga kami anggotanya jarang berkumpul, tidak pernah lengkap ... tidak mau mimpi bahwa ada anggota keluarga kami yang merasa rumahnya seperti neraka dan memilih berada di luar rumah ketimbang berada di rumah, sampai cari-cari alasan yang tidak masuk logika.

Baiklah, lambat laun, terasa sekali bahwa menjadi ibu rumah tangga itu banyak tantangan, kesempatan dan hikmahnya. Berada di rumah, sebagai ibu rumah tangga bisa:

Melihat Anak-Anak Tumbuh

Tidak semua ibu di dunia berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki tantangan moral dan kesempatan lebih besar untuk melihat anak-anak tumbuh dari hari ke hari secara rinci. Kedekatan itu membuat ibu mengenal tak hanya perangai anak dan cara mengatasinya tapi juga ukuran-ukuran penting dalam hidup mereka. Mulai dari helm sampai sepatu. Kalau tidak, kadang repot ketika membeli sesuatu, anak harus diajak sementara kondisi tidak memungkinkan. Begitu pula kesukaan yang lain seperti makanan, warna dan lain sebagainya. Yang terpenting, pekerjaan apa yang ia sukai.

Tambah senang hati ini, ketika mereka masuk rumah dan mencari mamanya, peluk lalu cium. Ikatan batin semakin kuat.

Bantu mama ngepel lantai

Memasak Bersama Keluarga

Saya sering bercerita kepada anak-anak, bahwa sebagai anak perempuan pertama dalam keluarga, keharusan untuk belajar memasak dimulai dari kelas IV SD. Sebelumnya, tugas diemban kakak-kakak laki-laki secara bergantian. Bapak dan ibu kami memang super sibuk, berangkat pagi pulang siang sebentar lalu pergi lagi sampai Maghrib bahkan larut malam. Jadi, tugas rumah tangga dibagi rata berlima. Kedua adik masih kecil-kecil jadi belum dapat jatah.

Hal itu memicu keinginan anak-anak bahwa mereka mau seperti mamanya, bahkan harus lebih baik lagi. Tak heran jika anak-anak sudah mulai membantu memasak di dapur ketika sudah berdiri. Tambah seru karena suami saya atau bapaknya anak-anak tak hanya suka makan tapi jago masak. Contoh masakannya, pizza.

novaanak-574ca625567b616a0c805270.jpg

Bikin kuweh Pflaum

Masak Pizza sama papa

Begitulah, anak-anak paling suka membuat kue dan kek bersama-sama. Mulai dari kek natal, kek paskah, kue Brownies, kue apel, kue pisang, kue keju sampai Muffin. Yang paling bikin saya ketawa senang adalah ending-nya, mereka berebut sisa adonan. Jilatan-jilatan lidah mereka membuat mereka berwajah badut! Hahaha ... tawa kecil merekapun ikut lepas ketika melihat cermin.

Belajar Bersama Anak-anak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline