Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Minyak Angin

Diperbarui: 22 Mei 2016   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Andi, jangan lupa bawa minyak angin..." Emak tergopoh-gopoh mengulurkan sebotol minyak berwarna hijau itu.

"Yaaaaah, emak ... Andi mau berangkat ke London mak, bukan ke Solo. Nanti orang-orang di pesawat bisa ngamuk bau caplang begini." Aku ingat, dalam perjalanan Jakarta-Dubai, menuju Jerman, banyak TKW yang jadi penumpang pesawat yang kutumpangi. Seorang ibu-ibu sakit, ia mandi minyak angin, sampai seorang bule ngamuk ke pramugari agar segera dicari bau yang dikatakan busuk itu. Akhirnya, sang bule dipindah ke kelas business yang masih kosong beberapa kursi. Hahaha ... Hidung manusia memenag beda-beda.

"Yaaahhh... Emak sayang kamu, Andi. Kalau kamu masuk angin di negeri orang, emak nggak bisa ngerokin. Kalau ada minyak kan mendingan..."

Aku tetap keras kepala. Minyak angin itu kukembalikan ke emak. Keluar dari ranselku. Semua beres. Check list komplit.

Taksi mengantarku ke bandara. Sengaja emak tak ikut, biarlah, daripada nanti malah nangis bombay melepas aku, anak semata wayangnya yang terbang jauh ke angkasa. Tempo hari waktu paklik umroh saja, emak mau pingsan dipamitin di bandara Ahmad Yani. Ah, emakku sayang.

***

London. Indah sekali pemandangan dari atas. London eye, big Ben, kastil, jembatan, kerlap-kerlip lampu ... Wowww ... Memang betul kata orang-orang. Mereka yang nggak suka pergi-pergi itu hanya baca buku selembar ... Aku sempat membaca buku.

Banyak romantika kehidupan yang dialami di negeri orang. Seperti yang kualami  seminggu di London.

"Do we have free time in the afternoon?" Kucoba dekati teman baruku Sheila. Dia salah satu panitia seminar yang aku hadiri. Selain stress mengunyah materi, aku pengen jalan-jalan dong. Sambil menyelam minum jus kedondong. Jalan-jalan asyik, dong.

"Don't worry, everyday after dinner, we'll be free. You can do what you want but please, be aware, our seminar will be start at 8 o'clock every morning." Setelah makan malam, nggak ada lagi session. Aku bisa jalan-jalan. Tapinya, meski ada bus malam, tetap saja banyak toko sudah tutup. Yaaah, paling nggak, aku bisa cuci mata menatap gadis-gadis rambut pirang bermata biru dan berbibir merah, yang bertebaran di mana-mana.

Musim semi memang belum sehangat musim panas. Anginnya masih semribit, bikin badan menggigil dan bulu kuduk berdiri. Demi memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, aku puas-puasin jalan-jalan malam. Kadang sendiri, seringnya sama temen-temen. Mulai dari topi, syal, jaket tebal dan sepatu boot membungkusku. Aku takut sakit. Bisa dijewer emak nanti, pulang-pulang bawa penyakit. Mustinya oleh-oleh lahhh yang dibagi, kayak souvenir atau apa kek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline